Navigation


RSS : Articles / Comments


Kelompok Sosial

5:11 PM, Posted by By Communicator 12, One Comment

Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain: 1. Kelompok Primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain. 2. Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain. 3. Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART. 4. Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan, ........................................ dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama) 2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat) 3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing 4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut: 1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut. c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu. 2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama b) membina dan memperluas pola c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya. Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain 1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota. 2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok. 3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam: * Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan. * Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. * Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat. * Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah. Ciri kelompok sosial: 1.Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain 2.Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. 3.Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing 4.Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. 5.Berlangsungnya suatu kepentingan 6.Adanya pergerakan yang dinamik 2. Ciri-ciri Kelompok Sosial Ciri-ciri kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut : a. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain. b. Memiliki struktur sosial c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya. d. Memiliki faktor pengikat. e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya. Maka kelompok sosial dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu kelompok sosial kecil dan kelompok sosial besar. Kelompok sosial 1.Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial 2.Situasi yang dihadapi individu terbagi menjadi dua macam, yaitu: a. Situasi kebersamaan b. Situasi kelompok social Macam kelompok sosial Charles H. Cooley membagi menjadi: 1. Kelompok primer (primary group) 2. Kelompok sekunder (secondary group) Moreno membagi menjadi: 1. Psikhe group 2. Socio group Crèch dan Curtchfield membagi menjadi: 1. Kelompok stabil 2. Kelompok tidak stabil French membagi menjadi: 1. Kelompok terorganisir 2. Kelompok tidak terorganisir Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi: 1. Kelompok formal/kelompok resmi 2. Kelompok informal Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne: 1.Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain 2.Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain 3.Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun) 4.Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota 5.Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran 6.Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompokss Kelompok Sosial A. Definisi dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial 1. Definisi Kelompok Sosial Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. Berikut ini adalah engertian kelompok sosial dari beberapa ahli. a. Menurut Soerjono Soekanto, kelompo adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. b. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi. c. Menurut George Homans, kelompok adalah kumpulan individdu yang melakukan kegiatan, interaksi dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan secara timbal balik. Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan berikut ini : a. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari kelompok tersebut. b. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan perannya. c. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya. d. Memiliki kepentingan bersama. e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya. B. Proses Pembentukan Kelompok Sosial 1. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial a. Dorongan untuk mempertahankan hidup b. Dorongan untuk meneruskan keturunan c. Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja 2. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial a. Kesatuan Genealogis atau Faktor Keturunan b. Kesatuan Religius c. Kesatuan Teritorial (Community) d. Kesatuan Kepentingan (Asosiasi) C. Klasifikasi Kelompok Sosial 1. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara anggota Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang bernama Emile Durkheim. a. Solidaritas Mekanik Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belujm mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. b. Solidaritas Organik Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antaranggota. 2. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan dalam Kelompok. Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies a. Gemeinschaft (Paguyuban) Gemeinschaft adalah kelompok sosial yang memiliki ikatan erat dan intim. b. Gesellschaft (Patembayan) Gesellschaft adalah kehidupan publik yang bersifat sementara dan semu. 3. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri a. In-Group b. Out-Group 4. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Hubungan diantara Para Anggotanya. a. Kelompok Primer Kelompok Primer adalah kelompok sosial yang memiliki hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan. b. Kelompok Sekunder Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang terbentuk karena adanya kepentingan yang sama sehingga kerjasama didasarkan pada hitungan untung rugi. 5. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Sistem Hubungan a. Kelompok Formal Kelompok Formal adalah kelompok yang memiliki sistem hubungan yang sengaja diciptakan, sehingga unsur-unsur dalam suatu organisasi merupakan bagian-bagian fungsional yang berhubungan. b. Kelompok Informal Kelompok informal adalah kelmpok yang memiliki hubungan secara pribadi, bersifat erat dan intim.

Bussiness Communication

5:09 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Basic Concepts: Definite objective - one of the principal differences between casual conversation and business communication. Business communication includes all communication that occurs in a business context The Definition-Business Communication is sending and receiving messages activities within an organization – between two individuals, within a group of people, or one up to some areas that affect organization’s behaviors. Evolving Definition: Foundations Linguistics (the study of language) Semantics (the branch of linguistics most concerned with meaning) Rhetoric (the art of using words in speech or writing effectively) Psychology (the study of mental processes and behavior) Sociology (the study of social relations and societal change) Graphic design (the use of visual images and typography to create special effects) Management (the study of controlling and directing operations and personnel) Marketing (the study of moving goods and services from producer to consumer, including everything from advertising, to packaging, to sales) Economics (the study of the production, distribution, and consumption of wealth) Information technology (the study of the ways in which technology can be used to create, locate, store, retrieve, and transmit information). Related Disciplines Managerial Communication Organizational Communication Human Relations and Team Building Sales Communication Report Writing Communication Technology and Electronic Communication International Communication Rationales The Cost of Poor Communication (undesired result, misunderstanding) The Benefits of Improving Your Communication Skills Increased confidence Increased efficiency Increased effectiveness Better professional and personal relationships Rationales cont’d Changing internal environment: Employees needs and behaviors Business activities’ complexity Increased information and data flow Changing external environment: Competition Regulation Consumers demand Increased information and data flow 7’c Principles in Business Communication Completeness (complete information gives trustworthiness) Conciseness Concreteness (not abstract) Consideration (receivers’ situation-condition) Clarity Courtesy (behave) Correctness (consider communicant ability) Variables Source Message Context Channel Receiver Effect Source Credibility Attractiveness Power Homophily Sources of Credibility Attractiveness: Similarity (kesamaan pandang komunikator dengan komunikan) Familiarity (komunikator dikenal baik oleh komunikan) Liking (komunikator disukai oleh komunikan) Physic (menarik secara fisik) Message: Depends on the objectives of the communication strategy: Sending information Persuasive Getting a partnership Context Includes: Physical (e.g. Space, Real objects) Socio- psychology (e.g. S/R status, roles) Time (e.g. series of events, communication moment) The context then affect the formality of business communication process, e.g. in the formal meeting the space, the status and roles of S/R and the time would be different to family dinner. Channel: The principal communication channels are: Nonverbal Oral Written Electronic Non-verbal: Space Between people (proxemics) Allocated to people (territory) Time Amount (duration and frequency) Kind (exclusive or shared) Wait (who waits for whom and how long) Kinesics Open postures and signals (inviting communication) Closed postures and signals (discouraging communication) Appearance Conforming (matches others in dress and appearance) Nonconforming (mismatches others in dress and appearance) Oral Communication: Advantages: Its immediacy- to discuss, to receive immediate feedback, to change their views or messages accordingly, to evaluate the nonverbal message and to use that information to judge the credibility of the verbal message. Disadvantages: more difficult to store and retrieve than those in writing, takes more time to communicate an idea, as speakers are imprecise in the way they say things, People tend to hear what they want to hear. Written Communication: Advantages: across the barriers of time and space, a relatively permanent record, more time to prepare, easy to store, retrieve, and transmit. Disadvantages: much slower channel of communication than either the nonverbal or oral channel-clarity is much more important. The psychological impact of a written message requires careful consideration. Electronic Communication: The advantages of synchronous communication are based on the immediacy of feedback. The principal disadvantage of synchronous communication is the need to have sender and receiver present at the same time. This is especially true when the people involved are from different time zones. The advantages of asynchronous communication are that messages can be sent and received when convenient for sender and receiver. It also provides permanent record of the communication. The principal disadvantage of asynchronous communication is that feedback is delayed and may be difficult to obtain. Receiver: To whom the business communication refer to: Employee Employer Customers Regulation institution Supplier Colleagues Effect: Related to the objectives of communication strategy The objectives can be: Sending information (cognitive) Persuasive (affective) Getting a partnership (psychomotoric)

Interaksi Simbolik

5:06 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Teori ini menyatakan bahwa Interaksi sosial pada hakekatnya adalah Interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut. George Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog interaksionisme simbolik kontemporer lainnya adalah Herbert Blumer (1962) dan Erving Goffman (1959). Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Asumsi-asumsi: 1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan bersama dan membentuk organisasi. 2.Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon yang sederhana. kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, ( D.Mulyana, 2001: 70) bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama. Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu).(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72). Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan, makna yang merupakan hasil interpretasi individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan dari faktor-faktor yang berkaitan dengan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan adanya perubahan terhadap hasil intrepetasi barunya. Dan hal tersebut didukung pula dengan faktor bahwa individu mampu melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud proses membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Individu dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari dan memikirkan alternatif kata yang akan ia ucapkan. Menurut pandangan Mead, perilaku manusia sebagai sosial dan berbeda dengan perilaku hewan yang pada umumnya ditandai dengan stimulus dan respon. Perilaku merupakan produk dari penafsiran individu atas objek di sekitarnya.makna yang mereka berikan kepada objek berasal dari interaksi sosial dan dapat berubah selama interaksi itu berlangsung. Konsep tentang “self ” atau diri merupakan inti dari teori interaksi simbolik. Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain ( D. Mulyana, 2001:73 ). Diri sendiri “ the self ”, dalam pandangan ahli interaksionalisme simbolik merupakan obyek sosial dalam hubungan dengan orang lain disebuah proses interaksi. Dengan demikian, individu melihat dirinya sendiri ketika ia berinteraksi dengan orang lain. Bagi Mead, kesadaran akan “diri” berarti menjadi suatu “diri” dalam pengalaman seseorang sejauh “suatu sikap yang dimilikinya sendiri membangkitkan sikap serupa dalam upaya social . kesadaran akan konsep “diri” akan muncul ketika individu memasuki pengalaman dirinya sendiri sebagai suatu obyek.

Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management Of Meaning)

5:04 PM, Posted by By Communicator 12, 4 Comments

Koordinasi: sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam Konteks bab ini, diartikan sebagai ketika 2 orang berusaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan dalam percakapan mereka. Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (James A.F. Stoner). Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai aturan untuk mengonstruksi dan mengoordinasikan makna. Maksudnya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi diantara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individual dengan masyarakatnya. Melalui sebuah struktur hierarkis, orang-orang mengorganisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterima dalam sehari. Asumsi-Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi CMM berfokus pada diri dan hubungannya dengan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individual dengan masyarakatnya (Philipsen, 1995). Manusia, karenanya, mampu menginterpretasikan makna. Selain itu juga terdapat beberapa asumsi: 1) Manusia hidup dalam komunikasi 2) Manusia saling menciptakan realita sosial 3) Transaksi informasi bergantung pada makna pribadi dan interpersonal Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial (social constructionism). Cronen, Chen, dan Pearce (1988) menyatakan bahwa: “Terkadang tampaknya individu-individu berkomunikasi untuk mengekspresikan emosi mereka dan untuk merujuk pada dunia di sekeliling mereka. Akan tetapi, dari mana datangnya’ individu’, ‘emosi’, dan ‘peristiwa/objek’? semua ini dikonstruksikan dalam proses komunikasi”. Realitas Sosial (Social Reality) Merujuk pandangan seseorang bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya. Ketika ada 2 orang yang terlibat dalam percakapan, orang-orang tersebut telah memiliki banyak sekali pengalaman bercakap-cakap dimasa lalu dari realitas-realitas sosial sebelumnya. Makna Pribadi (Personal Meaning). Didefinisikan sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik dalam interaksi. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal (Interpersonal Meaning). Cushman dan Whiting (1972) berpendapat bahwa makna interpersonal dapat dipahami dalam berbagai macam konteks, termasuk keluarga, kelompok kecil, dan organisasi. Mereka melihat bahwa makna interpersonal saling diciptakan oleh para partisipan. Ketiga asumsi diatas membentuk suatu latar untuk mendiskusikan Manajemen Makna Terkoordinasi, teori ini didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas sosial, dan makna. Hierarki Makna Terkoordinasi Menurut para teoritis CMM, manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hierarkis. Ini merupakan salah satu ciri inti dari CMM. Pola Budaya – Naskah kehidupan (autobiografi) – Hubungan (kontrak) – Episode – Tindak Tutur – Isi. Isi (content) Merupakan langkah awal dimana data mentah dikonfirmasikan menjadi makna. Bayangkan level isi sebagai pesan tanpa konteks (Pearce, Cronen, dan Conklin 1979). Tindak Tutur Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur (speech acts) sebagai ‘tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara…[termasuk] memuji, menghina, berjanji, mengancam, menyatakan, dan bertanya’(hal. 104). Episode Untuk menginterpretasikan Tindak Tutur, Pearce dan Cronen (1980) membahas Episode, atau rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Dalam sebuah interaksi, individu-individu memiliki perbedaan dalam bagaimana mereka menandai (punctuated) atau menekankan sebuah Episode. Hubungan Dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan sebagai kontrak, dimana terdapat kesepakatan dan pengertian antara dua orang dalam berperilaku. Para Teoritis menggunakan istilah keterlibatan (enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu sistem hubungan. Naskah Kehidupan Kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini disebut naskah kehidupan (Life Script) yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain. Pola Budaya Disebut sebagai cultural pattern atau archetype dapat dideskripsikan sebagai ‘gambaran yang sangat luas dari susunan dunia dan hubungan seseorang dengan susunan tersebut’ (Cronen dan Pearce,1981 hal. 21). Contoh pola budaya adalah : individualism di Amerika Serikat, dan kolektivisme yang terjadi di Peru, Columbia, dan Taiwan Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan Koordinasi ada ketika 2 orang berusaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan dalam percakapan mereka. Pengaruh Terhadap Proses Koordinasi Koordinasi dipengaruhi oleh moralitas dan budaya. Banyak teoritis CMM seperti Pearce, menjelaskan moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Selain moralitas, koordinasi juga dipengaruhi oleh sumberdaya yang ada pada seseorang. Sumberdaya menurut Teoritis CMM: cerita, gambar, simbol dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai kehidupan mereka.

Fungsi Komunikasi Massa

5:43 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Pentingnya media massa di masyarakat, menurut Denis McQuail, adalah di samping merupakan industri yang terus berkembang—dengan menciptakan tenaga kerja serta menghidupi industri lain—juga karena media merupakan sumber kekuatan (Mc Quail, 1989 :3). Di luar itu media merupakan forum untukmenampilkan berbagai peristiwa, menjadi wahana pengembangan kebudayaan, serta sumber dominan bagi orang untuk memperoleh ganbaran tentang realitas sosial. Ini yang membuat studi tentang komunikasi massa menjadi semakin banyak diminati. Di antara ahli komunikasi yang teorinya tentang fungsi media banyak dikutip, Harold D. Lasswell barangkali menempati tempat utama. Menurut Laswell, ada 3 (tiga) fungsi media massa, yakni (1) pengawasan lingkungan, (2) korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan, dan (3) transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga aktivitas ini biasanya ditambah dengan fungsi keempat, yakni (4) hiburan. Pengawasan, menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Dalam banyak hal, fungsi ini berhubungan dengan “penanganan berita”. Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda. Sedang transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru. Kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan. Fungsi hiburan berhubungan dengan hiburan massa, yang digambarkan para kritikus kebudayaan sebagai “hiburan massa adalah disfungsional selama ia gagal menimbulkan atau menumbuhkan selerapublik sampai pada tingkatan yang mungkin dicapai oelh bentuk-bentuk hiburan yang kurang meluas seperti teater, opera, dan drama-drama klasik.” Ada satu fungsi lagi yang ditambahkan di sini, yakni fungsi mobilisasi. Menurut Denis McQuails, fungsi ini berhubungan dengan upaya “mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang agama.” Fungsi mobilisasi agaknya yang paling relevan dengan permasalahan yang mencoba menghubungkan peranan pers dengan upaya mewujudkan pemerintahan yang baik. McQuails sendiri memerinci fungsi media lebih detail lagi (McQuail, 1989:70). Menurutnya ada fungsi media bagi maasyarakat dan ada pula fungsi bagi individu. Fungsi utama media bagi masyarakat terdiri dari fungsi informasi, fungsi korelasi, fungsi kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Fungsi informasi meliputi : menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia; menunjukkan hubungan kekuasaan; memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. Sedangkan fungsi korelasi meliputi : menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi; menunjang otoritas norma-norma yang mapan; melakukan sosialisasi; mengkoordinasi beberapa kegiatan; membentuk kesepakatan; menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. Fungsi kesinambungan terdiri dari : mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru; meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. Fungsi Hiburan meliputi menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi; meredakan ketegangan sosial. Fungsi mobilisasi adalah mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama. Sedangkan fungsi media bagi individu adalah : Informasi >> Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, maysrakat dan dunia. >>Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan >>Memuaskan rasa ingin tahu da minat umum >>Mengidentifikasi diri sendiri >>Belajar, pendidikan diri sendiri >>Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Identitas pribadi >> Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi >> Menemukan model perilaku >> Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) >> Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri Integrasi dan Interaksi Sosial >> Memperolah pengetahuan tentang keadaan orang lain : empati sosial >> Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki >> Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial >> Memperoleh teman selain dari manusia >> Membantu menjalankan peran sosial >> Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat. Hiburan >> Melepasakan diri atau terpisah dari permasalahan >> Bersantai >> Mengisi waktu >> Penyaluran emosi >> Membangkitkan gairah seks

Proses Komunikasi Massa

5:42 AM, Posted by By Communicator 12, One Comment

Dalam komunikasi massa, proses itu tentu disesuaikan dengan medianya. Definisi yang kita kutipkan di sini menunjukkan, komunikasi massa selalu berhubungan dengan transmisi dan penyebaran pesan. DeFleur/Dennis, misalnya, mengatakan “komunikasi massa adalah proses di mana komunikator professional menggunakan media untuk pesan secara luas, cepat dan kontinyu untuk menimbulkan makna yang diharapkan pada audience yang besar dan beragam dalam upaya mempengaruhinya dalam beragam cara.” Hal serupa juga dikatakan Janowitz (1968) : “komunikasi massa terdiri dari lembaga-lembaga dan teknik-teknik dengan mana kelompok-kelompok khusus menggunakan peralatan-peralatan teknologi (pers, radio, film dsb) untuk menyebarkan isi simbolik kepada audience yang banyak jumlahnya, heterogen dan terpisah-pisah.” Dari sini kita bisa melihat komponen-komponen dalam komunikasi massa, yang mencirikan sifat khusus institusi media : 1. “Si pengirim” dalam komunikasi massa selalu merupakan bagian dari sebuah kelompok yang terorganisir, dan seringkali merupakan anggota dari sebuah lembaga yang punya fungsi lain selain komunikasi. 2. “Si penerima” selalu seseorang tetapi juga dapat dilihat oleh si pengirim sebagai suatu kelompok atau kumpulan dengan beberapa atribut umum tertentu. 3. Salurannya, tidak lagi terdiri dari hubungan antar manusia, alat-alat ekspresi atau pancaindera, tetapi mencakup alat-alat dengan sistem penyebaran yang berdasarkan teknologi. Sistem-sistem ini tetap memiliki komponen-komponen social, karena terikat pada hokum, adapt istiadat dan harapan-harapan masyarakat. 4. Pesan-pesan dalam komunikasi massa bukan merupakan sesuatu yang unik, dapat diulang-ulang dan seringkali sangat kompleks sifatnya. Proses komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung dengan menggunakan media massa. Media massa dengan demikian, maka proses ini akan lebih kompleks bila dibandingkan dengan, misalnya, komunikasi antar persona. Sementara DeFleur/Dennis, menunjuk adanya lima tahap proses komunikasi massa (DeFleur, 1988 : 6) : • Sebuah pesan diformulasikan oleh para komunikator professional • Pesan dikirim secara cepat dan kontinyu dengan meneruskannya melalui media. • Pesan menjangkau audiens yang luas dan beragam, yang menyertai media dengan cara yang selektif. • Individu anggota audiens menginterpretasikan pesan dengan cara sesuai dengan makna berdasarkan pengalamannya yang diharapkan kurang lebih sama dengan yang dimaksud komunikator professional. • Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audiens dipengaruhi dalam suatu cara bahwa komunikasi memiliki pengaruh. Berikut adalah komponen-komponen proses komunikasi ini : 1. Komunikator profesional Diantara beberapa komponen dalam proses komunikasi massa. “komunikator profesional” memegang peranan penting dalam proses komunikasi massa. Komunikator professional adalah sebuah tim, yang terdiri dari orang-orang yang berperan memproduksi proses komunikasi massa. Dengan demikian, komunikator professional adalah “orang-orang media” itu sendiri atau dari institusi lain yang membentuk pesan dalam suatu format yang dapat ditransmisikan melalui media massa. Mereka adalah para spesialis yang memiliki keahlian khusus di bidangnya, seperti pada produser, editor, reporter, wartawan, redaktur, dan bagian teknis, yang mengorganisasi, mengedit, dan menyebarkan informasi, hiburan, drama, dan bentuk isi media yang lain. Umumnya mereka ada di rumah produksi (production house), perusahaan atau biro iklan. 2. Penjaga Gawang (Gatekeeper) Komunikator profesional memiliki fungsi yang dikonsepsikan sebagai “penjaga gawang” (gatekeeper). Penjaga gawang adalah orang yang---dengan memilih, mengubah, dan menolak pesan---dapat mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau sekelompok penerima. Keputusan penjaga gawang mengenai informasi mana yang diterima dan ditolak dipengaruhi oleh banyak variable. 3. Cepat dan Kontinyu Tahap ketiga dari proses komunikasi masa adalah menggerakkan pesan untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu. Dikatakan, media massa dapat mengatasi ruang dan waktu. Ini berarti, pengiriman pesan-pesan media massa, lebih dari media anatra personal, dilakukan secara cepat dan menyebar dalam jangkauan yang luas. Pada media cetak, penyebaran pesan tidak begitu cepat, setidak-tidaknya tidak secepat media elektronika. Pada media elektronika kecepatan dan mengatasi hambatan geografis menjadi nomor satu. Dengan teknologi komunikasi, dunia menjadi apa yang oleh Marshall Mcluhan sebagai ‘global village’. Penyebab utamanya adalah satelit komuknikasi. Satelit komunikasi menerima, memperkuat, dan mentransmisi sinyal suara, musik, TV, telepon, telegraf dan data dari titik ke titik lain di bumi. Wilayah liputannnya mencapai hingga 2/5 permukaan bumi, dan dapat menhubungkan informasi dari stasiun bumi ke satu atau banyak stasiun bumi yang lain. Dikatakan kontinyu karena media massa bekerja secara ajeg. Ada periodesasi dan terus menerus. Surat kabar harian terbit setiap hari, majalah terbit setiap bulan, misalnya. Radio dan televisi menyiarkan program setiap hari, dalam rata-rata 20-an jam. 4.Keragaman Audiens Pesan menjangkau audiens yang luas dan beragam, yang menyertai media dengan cara yang selektif. Karena sifatnya yang umum, audiens media bisa sangat beragam, tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan, agama, suku, ras, dan segala macam pengelompokan social. Hal ini terlihat dari, misalnya bahsa yang digunakan. Sebisa-bisanya bahasa media harus dapat dipahami oleh semua anggota audiens pada semua tingkat intelektualitas. Pengguaan istilah-istilah teknis ilmiah misalnya, mencoba dihindari. Meskipun demikian pada kenyataannnya media mengenal sekmentasi. Sebagai contoh, semua orang tahu bahwa Koran Kompas mengambil sekmen kelas menengah ke atas, baik secara intelektual maupun ekonomis. Sementara Pos Kota mengambil sekmen masyarakat bawah. Disamping itu ada sekmentasi yang didasarkan atas jenis kelamin, usia dan hoby. Ada media yang ditujukan khusus kepada perempuan (majalan Femina, Tabloid Nova), dan ada yang khusus untuk laki-laki (Majalah Matra). Individu anggota audiens menginterpretasikan pesan dengan cara sesuai dengan makna berdasarkan pengalamnnnya yang diharapkan kurang lebih sama dengan yang diakui komunikator professional. Makna ada pada audiens bukan pada komunikator. Oleh karena itu pesan –pesan media selalu diinterpretasikan oleh audiens berdasartkan simpanan prengetahuan yang ada pada mremori masing-masing individu. Jarang terjadi makna yang dimaksudkan oleh komunikator sama persis dengan makna hasil interpretasi audiens. Untuk mendekati ’persamaan’ itu, komunikasi harus berlangsung timbal balik, terjadi dialog. Di sisi lain, makna juga dibentuk secara social, secara intersubjektif. Ada semacam kontrak sosial dalam suatu komunitas, dalam sebuah domain kebudayaan, atau dalam sistem sosial. Karena itu, makna dalam satu budaya tertentu bisa berbeda dengan makna dari komunitas budaya yang lain. 5. Pengaruh Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audiens dipengaruhi dalam suatu cara, bahwa komunikasi memiliki pengaruh. Pengaruh komunikasi biasanya dikonsepsikan sebagai dampak. Baik dalam komunikasi interpersonal, komunikasi organisasional, komunikasi publik maupun komunikasi massa.

Mazhab Ilmu Komunikasi

5:40 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

MASHAB ILMU KOMUNIKASI Mashab Ilmu Komunikasi perlu untuk dikenali. Dalam ilmu sosial, kita mengenal mashab seperti Chicago, Frankurt, Annal, dan sebagainya. Secara sederhana, mashab berkaitan dengan suatu aliran ilmu pengetahuan yang sangat berpengaruh dan memiliki pendukung. Dengan memahami mashab menjadi penting untuk mengenali pengelompokkan teori. Dalam studi komunikasi, kita mengenal beberapa mashab seperti Chicago School, Administrative Research, Teknologi Deterministik, Palo Alto, Birmingham Cultural Studies, dan sebagainya. Melalui beberapa kelompok ini kita akan mengenal sejumlah tokoh dan teori komunikasi. John Fiske secara umum membagi pembagian mazhab studi komunikasi kedalam empirisme dan semiotic. Berikut penjelasannya dari pemaparan dibawah ini. Empirisme Mashab empiris dapat dikenali seperti pada penelitian content analysist, uses&gratification, agenda setting, cultivation analysist, survay, eksperimen. Penelitian-penelitian yang tergolong penelitian nomothetic, yaitu penelitian empiris yang akan mengukur realitas dan akan menghasilkan suatu generalisasi. Secara paradigmatic, mashab empiris berada dalam positivistik. Mashab empiris dapat dikenali ketika dalam kajian komunikasi di Amerika menguat tradisi behavioral dari psikologi sosial dan sosiologi struktural fungsional. Maka pandangan yang menggunakan asumsi berfikir positivistik kemudian menjadi dominan dalam studi komunikasi. Beberapa teori komunikasi yang dapat dimasukan dalam kelompok ini adalah ragam teori yang disebut sebagai covering law theory dan sistim teori. Yakni teori yang dipercaya berlaku universal, berdasar penelitian empiris, bersifat objektif, dan sebagainya. Contoh teorinya adalah temuan penelitian Carl Hovland, Paul F. Lazarfeld, Wilbur Schramm, dan sebagainya. Misalkan teori two steps flow of communication, teori persuasive Hovland, teori Uncertainty Reduction Theory, dan sebagainya. Mengenai Teori Sistem yang teori ini misalkan nanti berkaitan dengan kajian organisasi atau kajian makro mengenai sistim sosial. Pemikiran mengenai cybernetic dapat dimasukan dalam kelompok ini. Demikian pula pendekatan kognitif dalam proses pembuatan keputusan. Keberadaan kalangan administrative riset berada dalam mashab empiris. Pandangan kalangan ini juga dapat kita pahami memandang komunikasi sebagai transmisi. Hal ini menjadi dapat dimengerti karena kemunculan kelompok ini berkaitan dengan era propaganda di Amerika. Dapat juga dimasukan disini berkaitan dengan tradisi kajian komunikasi dari Amerika pasca Chicago School. Sekalipun kita juga perlu kemukakan bahwa tradisi ini kemudian juga akan mempengaruhi kajian komunikasi di Eropa, yang ditandai dengan diadopsinya penelitian kuantitatif dalam kajian komunikasi di Eropa. Semiotics Inti dari mashab ini mencoba untuk menekankan pada text atau yang disebut juga sebagai works of communication action. Perhatian berkaitan dengan lambang dalam artian luas (text). Dengan demikian tidak lagi memperhatikan soal unsur-unsur komunikasi sebagaimana yang terdapat pada mashab empiris yang memahami komunikasi sebagai transmisi. Karenanya juga tidak memikirkan tentang efek komunikasi. Cara berpikirnya adalah empati, memahami (verstehen), berfikir holistik, dan sebagainya. Mashab ini kemudian menjadi penting bila kita kaitkan dengan pendekatan humanistik. Bila dikembalikan pada paradigma ilmu sosial akan berada dalam paradigma interpretatif. Penelitiannya kemudian disebut sebagai penelitian ideografik, yang bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam mengenai tindakan sosial yang bermakna (meaningfull social action). Contoh teori yang berada dalam mashab ini adalah kajian tentang audience aktif (active audience) sebagaimana dilakukan James Lull. Demikian pula penelitian lapangan (field research) yang banyak dilakukan Robert E. Park dari Universitas Chicago diawal abad 20. Teori lain misalkan teori Interaksi Simbolik yang dikembangkan George H. Mead. Dalam kajian komunikasi, bila mengacu pada pembagian Fiske diatas, mashab semiotic ini dapat didekatkan dengan pandangan komunikasi sebagai ritual, atau meaning. Atau bila mengacu pada James W. Carey kita mengenali pengertian komunikasi sebagai budaya (communication as culture). Berkaitan dengan pembahasan mengenai mashab ini juga penting untuk membahas tentang keberadaan paradigma ilmu sosial kritis (critical social science) dan postmodernisme. Paradigma kritis posisi paradigma berada diantara positivistik (empiris) dan interpretatif (semiotics). Memang dalam ilmu komunikasi dewasa ini kita dapat jumpai kehadiran figur dari paradigma kritis seperti Stanley Deetz, Noam Chomsky. Herbert Schiller, dan sebagainya. Demikian pula, sebelum dilanjutkan, perlu untuk memahami mengenai critical social science. Bahwa paradigma ini disatu sisi tergolong positivistik karena bersifat empiris mengenai realitas yang tersusun atas kelompok berkuasa dan kelompok yang dikuasai. Pada sisi lain, paradigma kritis tidak bersifat objektif sebagaimana prasyarat dalam paradigma positivistik. Paradigma kritis sedari awal melakukan keberpihakan terhadap kalangan yang dikuasai. Ini yang disebut ilmuwan tidak hanya menjadi pengamat tetapi juga terlibat dalam melakukan emansipasi terhadap kalangan yang lemah itu. Maka nantinya, dalam tradisi kritis, pada satu sisi kita dapat memakai analisis semiotik untuk menunjukkan terjadinya proses dominasi. Pada sisi yang lain, kita juga mempercaya adanya struktur sosial yang ditandai dengan proses dominasi itu. Bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan kontemporer kemudian dikenal apa yang disebut postmodernisme atau post strukturalis, bahkan ada juga yang disebut sebagai post colonial. Perkembangan ini juga melanda kajian komunikasi. Hal ini tentu saja mengingat karakter ilmu komunikasi yang interdisipliner. Dengan begitu perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang tentunya juga akan diikuti ilmu komunikasi. Bahwa pandangan modernis—dan kita tahu ilmu komunikasi lahir sebagai bagian dari produk modernis—dinilai mereduksi kompleksitas realitas, etnosentrik, dan mekanis. Sebaliknya posmodernisme menjelaskan fenomena masyarakat kontemporer, masyarakat informasi, masyarakat yang dibesarkan oleh budaya televisi dan terbentuknya global village, budaya kapitalisme lanjut, dan sebagainya. Beberapa figur dari paradigma ini adalah seperti Michael Foucault, Roland Barthes, Jean Boudrillard, dan sebagainya. Posmodernisme merupakan pendekatan pasca modern. Pendekatan ini dikenal juga sebagai poststrukturalis. Pandangan disini lebih melihat realitas sebagai sesuatu yang lebih komplek dan senantiasa berproses. Pentingnya peran bahasa sebagai pembentuk realitas. Pandangan semacam ini tergolong pandangan kontemporer yang tentu juga berlaku bagi studi komunikasi. Dalam mashab ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah semiotic dan etnografi. Disini tampak pendekatan dari tradisi semiotik digunakan. Demikian juga dari tradisi interpretatif lain seperti etnografi. Sampai disini pembahasan mengenai mashab sudah menunjukkan keseluruhan yang ada. Dengan memahami mengenai mashab ini kita dapat mengenali secara utuh mengenai kajian ilmu komunikasi.

Penelitian Komunikasi

5:38 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Salah satu persyaratan suatu bidang dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan adalah memiliki metode untuk melakukan pembuktian dan pengujian ulang. Ilmu komunikasi, dalam perjalanannya terus mengalami perkembangan. Terutama di Indonesia, awal tahun 1990-an, penelitian Ilmu Komunikasi lebih banyak berkutat pada penelitian quantitative. Namun menjelang tahun 2000, pengembangan dan pelaksanaan penelitian ilmu komunikasi qualitative terus bertambah. Sebagai tema pokok pembahasan dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, tema ini akan memperkenalkan apa itu penelitian, bagaimana melakukan penelitian dan metode apa saja yang bisa dilakukan dalam disiplin Ilmu Komunikasi. Apa itu Penelitian Kita semua adalah individu yang pasti pernah melakukan penelitian. Coba perhatikan ketika salah seorang dari kita diminta menjelaskan apa yang terjadi dalam perkuliahan PIK minggu yang lalu, bagaimana diantara kita bisa menjelaskan bagaimana kegiatan kemahasiswaan di PIS, dan sebagainya. Ya itulah penelitian, ketika kita keluar dari dunia nyata, berbicara tentang pencarian informasi dan data, menemukan suatu bahan, mendapatkan nama-nama dan alamat. Sekali lagi itu adalah nama lain dari penelitian. Nah, apakah yang dimaksud research atau penelitian dalam pembahasan tema ini adalah seperti tersebut ?. Research, dalam suatu literatur dikatakan mempunyai arti, ”to search for, find” (mencari, menelusuri, menemukan). Dalam bahasa Latin, research berasal dari kata ”re” (again) dan ”cercier” (to search). Sedangkan dalam bahasa Perancis, istilah chercher berarti mencari. Dalam pengertian umum, research berarti mencari informasi tentang sesuatu –looking for information about something. Contoh suatu penelitian adalah, ketika seorang mahasiswa mempunyai rencana untuk membeli PC (personal computer). Untuk mendapatkan barang yang terbaik dan murah, dia mengunjungi beberapa vendor PC. Mulai dari vendor PC yang rakitan hingga dealer resmi PC bermerek. Dia mencari spessifikasi hardware yang ideal dan tentu saja harga paling murah. Nah, si mahasiswa ini sudah bisa dikatakan telah melakukan penelitian. Penelitian Ilmiah Berbeda dengan penelitian yang dilakukan mahasiswa tadi atau kebanyakan kita pada kehidupan sehari-hari, penelitian ilmiah lebih tersistematika, lebih objective, lebih berhati-hati dan lebih konsen terhadap kebenaran dan kepercayaan (keterandalan). Bukan karena berkaitan dengan data, angka dan statistik. Berpikir tentang apa yang dilakukan para ahli sejarah, tentu saja beberapa dari mereka pernah menggunakan statistik, tetapi sebagian besar di antara mereka adalah melakukan penelitian dengan membaca berbagai dokumen. Dengan dasar membaca inilah, mereka mencoba untuk menggambarkan apa yang terjadi dan mengapa hal itu bisa terjadi. Dalam suatu studi budaya yang menyelidiki tentang elite fiction to comics, tv, films, musik dan dalam kehidupan keseharian, seorang peneliti/sarjana akan mencoba menggambarkan analisisnya berdasarkan konsep, ide dan theori filsafat, psikologi, ilmu sosial, linguistik dan teori lain yang berkaitan. Beberapa peneliti yang mengaji tentang cultural studies sering mengambil dasar pemikiran Marx, Freud, Baudrillard, dan Bakhtin dalam analisisnya. Untuk lebih mempermudah memahami apa perbedaan penelitian ilmiah dan peenelitian keseharian, berikut kami sajikan tabel dari Berger: Everyday Research Scholarly Research Intuitive Theory based Common sense Structured Casual Systematic Spur of the moment Planned Selective (item) Objective Magical thinking Scientific thinking Flawed thinking at times Logical to the extent possible Focus is personal decisions Focus is knowledge about reality Masalah Kepastian Permasalahan yang sering menginggapi pada diri peneliti adalah masalah kepastian. Kalau mau terbuka dan jujur, jarang sekali (atau mungkin tidak pernah) kita mendapatkan kepastian dalam penelitian kita. Pun kita sudah menggunakan uji statistic sebagai dasar untuk melakukan interpretasi. Demikian yang terjadi, sehingga perdebatan mengarah kepada hasil temuan atau mungkin juga metodologi yang digunakan. Namun demikian, kita harus memiliki kepercayaan bahwa alas an yang tepat akan bisa diterima. Permasalahannya adalah bagaimana membuat suatu penelitian tersebut adalah reliable dan bisa digunakan untuk hal lain. Penelitian Ilmu Komunikasi Secara garis besar Arthur Asa Berger membagi 3 metode dalam bukunya “Media and Communication Research Methods”., yaitu metode analisis tekstual, metode penelitian kuantitatif, dan metode penelitian kualitatif. 1. Metode Analisis Tekstual Bahasa merupakan sebuag system tanda yang mengekspresikan ide-ide. Bahasa berkaitan dengan sebuah system penulisan, the alphabet of deaf-mutes, signal-signal militer dan lain-lain. Penelitian-penelitian yang menggunakan metode ini adalah: a. Analisis Semiotic b. Analisis Retorikal c. Kritik Ideologi d. Kritik Psikoanalitis Analisis Semiotic Pokok perhatian dalam Semiotika adalah tanda. Kajian semiotika mempunyai tiga bidang kajian utama yaitu: - tanda itu sendiri - kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. - Kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Saussure membagi sebuah tanda dalam Tanda, Petanda, dan Penanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, dapat dipersepsi indra manusia, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda. Saussure, seorang ahli linguistik, amat tertarik pada bahasa. Saussure lebih memperhatikan cara tanda-tanda (dalam hal ini kata-kata) terkait dengan tanda-tanda lain dan bukannya cara tanda-tanda terkait dengan obyeknya. Trikotomi Peirce mengatakan sebuah tanda terdiri atas ikon, ondex dan symbol. Icons Indexes Symbols Signify by : Resemblance Cause and effect Convention Example : Photograph Fire and smoke Cross Process : Can see Can figure out Must learn 2. Metode Penelitian Kualitatif Catherine Kohler Riessman tentang Analisis Narativenya dalam Berger mengatakan bahwa : ”an investigator sits with pages of tape-recorded stories, snips away at the flow of talk to make it fit between the covers of a book and tries to create sense and dramatic tension. There are decisions about form, ordering, style of presentation, and how the fragments of lives that have been given in interviews will be housed. The anticipated response to the work inevibility shapes what gets included and excluded. In the end, the analyst creates a metastory about what happened by telling what the interviews narratives signify, editing, and reshaping what was told and turning it into hybrid story…. Values, politics and theoretical commitments enter anoce again. Although a kind of betrayal…. It is also necessary and productive; no matter how talented the original storyteller was, a life story told in conversation certainty does not come ready-made as a book…an article or a dissertation. The stop-and-start of oral stories of personal experience gets pasted together into something different.” Beberapa metode penelitian kualitatif adalah interview, analisis historical, penelitian ethnometodologi, dan partisipan observatory. 3. Metode Penelitian Kuantitatif Beberapa metode penelitian kuantitaif adalah analisis isi, survey, eksperimen dan statistic deskriptif. o Analisis Isi Kata analisis isi itu sendiri memberikan makna : menganalisa isi dari sesuatu. Charles R.Wrights memberi definisi sebagai berikut : Content analysis is a research technique for the systematic classification and description of communication content according to certain usually predetermined categories. It may involve quantitative or qualitative analysis, or both. Technical objectivity requires that the categories of classification and analysis be clearly and operationally defined so that other researches can follow them reliably. o Survey Survey research is a method for collecting and analyzing social data via highly sctructured and often very detailed interviews or questioners in order to obtain information from large numbers respondents presumed to be reprenretative of a specific population. o Experiments Penelitian experiment akan menguji : 1. Apakah sesuatu itu benar melalui demonstrasi 2. Menguji validitas suatu hipotesis atau teori 3. Menyajikan informasi atau penemuan baru

Komunikasi Organisasi

5:37 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Organisasi dan komunikasi Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan. Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut: • Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya. • Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. • Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. • Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut: • kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan • rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi. • divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien. • tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai. • disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui. • mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum- melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus. Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan. Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan memberikan dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan ketidakpastian dari informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan. Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah rangkaian tiga proses: penentuan (enachment) seleksi (selection) penyimpanan (retention) Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya. Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?” Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda mempercayai bahwa organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku. Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan). Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari teori Weick, yaitu: lingkungan; ketidakjelasan; penentuan; seleksi; penyimpanan; masalah pemilihan; siklus perilaku; dan aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan ketidakjelasan. 2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya. Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut. Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman. 3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme. Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi. Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam keputusan-keputusan korporat.

Model Komunikasi

5:36 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Model S-R (STIMULUS - RESPONSE) Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Ketika saya tersenyum pada anda dan anda membalas senyuman saya itulah model S-R. Model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat2 non verbal, gambar2, dan tindakan2 tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dgn cara tertentu. Model ini mengabaikan adanya faktor manusia seperti sistem internal individu. Singkatnya model ini menggangap bahwa komuniaksi itu bersifat statis. Manusia selalu berperilaku karena adanya stimulus atau rangsangan dari luar, bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya. Oleh kareana itu model ini kurang tepat kalau diterapkan pada proses komunikasi manusia. MODEL ARISTOTELES Aristoteles adalah filosof yunani, tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi Model Aristoteles adalah model yang paling klasik atau disebut juga model retoris ( Mulyana, 2005:134 ) Oleh karena itu model ini merupakan penggambaran dari komunikasi retoris, komunikasi publik atau pidato. Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan model komunikasi verbal pertama. Proses komunikasi terjadi ketika ada seorang pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka. Aristoteles mengemukakan tiga unsur yang harus ada dalam proses komunikasi : 1. pembicara (speaker) 2. pesan (message) 3. pendengar (listener) Menurut Aristoteles persuasi dapat dicapai oleh : 1. siapa anda (etos –kepercayaan anda) 2. apa argumen anda (logos –logika dalam pendapat anda) 3. dan dengan memainkan emosi khalayak (pathos –emosi khalayak). Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa proses komunikasi dipandang sebagai suatu yang statis dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek, dan kendala2, di samping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah sikap orang lain). MODEL LASWELL Harold Laswell seorang ilmuwan dalam bidang ilmu politik dalam artikelnya tahun 1948 menyebutkan sebuah model komunikasi yang mungkin paling dikenal sepanjang masa. Model ini muncul dalam perkembangan studi Laswell tantang propaganda politik. Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan dari batasan ilmu politik. Who says what in which channel to whom with what effect ? Model Laswell ini konsepnya sama dengan model Aristoteles yaitu sama-sama menekankan pada elemen speaker, message & audience (tetapi menggunakan istilah yang berbeda), Baik Laswell maupun Aristoteles sama-sama melihat komunikai sebagai proses satu arah dimana inidividu dipengaruhi individu lain sebagai akibat dari pengiriman pesan. (Ruben, 1992:25) Laswell sendiri menggunakan formulanya untuk menunjukkan jenis penelitian komunikasi (windahl, 1993:14) Penggambaran Laswell tentang berbagi bidang dalam penelitian komunikasi memang berguna tetapi disisi lain penggambaran tersebut terlalu menyederhanakan bidang penelitian komunikasi itu sendiri. Braddock (1958) menambahkan dua hal dalam model Laswell yang dapat mempengaruhi tindakan komunikasi : 1. dalam situasi dan keadaan bagaimana sebuah pesan itu dikirimkan 2. untuk tujuan apa komunikator mengirimkan pesan Under what cirmunstances ? For what purposes ? With what effect ? Menurut Windahl model Laswell ini menggambarkan karakter awal model komunikasi. Sudah dianggap taken for granted bahwa komunikator itu selalu memiliki kesadaran untuk mempengaruhi komunikan, jadikomunikasi dilihat sebagai suatu proses persuasif.8 Lasswell mengemukakan 3 fungsi komunikasi yaitu 1. pengawasan lingkungan, 2. korelasi berbagai bagian terpisah dlm masyarakat yg merespon lingkungan 3. transmisi warisan sosial. Model ini merupakan versi verbal dari model Shannon dan Weaver. Model ini melihat komunikasi sebagai transmisi pesan: Model ini mengungkapkan isu “efek” dan bukannya “makna”. Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. (Fiske, 1990:46) Model ini lebih sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa. MODEL SHANON DAN WEAVER Claude Shannon and Warren Weaver bukanlah seorang ilmuwan social. Mereka adalah insiyur yang bekerja untuk laboratorium telephone Bell di Amerika Serikat. Tujuan mereka adalah untuk memastikan “the maximum efficiency” dari kabel telephone dan gelombang radio. Mereka mengembangkan sebuah model komunikasi yang ditujukan untuk membantu mengembangkan sebuah teori matematis dari komunikasi (Chandler). Model ini terdiri dari lima elemen : a. Information Source adalah yang memproduksi pesan b. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal c. Channel adalah saluran pesan d. Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan pesan dari sinyal e. Destination adalah dimana pesan sampai Elemen keenam yaitu noise adalah segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan sinyal yang berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional ). Untuk telephone channel-nya, kabel, sinyalnya adalah arus elektrik, transmitter dan receiver-nya, pesawat telephone, Noise-nya gannguan pada kabel. Dalam percakapan, mulut saya adalah transmitter-nya, sinyal-nya adalah gelombang suara, dan telinga anda adalah receivernya. Noisenya adalah berbagai macam gangguan yang anda alami ketika saya berbicara, ngantuk atau suara bising mungkin. Shannon dan Weaver mengidentifikasi 3 level masalah dlm studi komunikasi : 1. Level A ( masalah teknis ), bagaimana simbol2 komunikasi dapat ditransmisikan secara akurat ? ---awal mula pengembangan model ini. 2. Level B (masalah semantik), bagaimana simbol2 yang ditransmisikan secara persis menyampaikan makna yang diharapkan? 3. Level C (masalah keefektifan), bagaimana makna yang diterima secara efektif mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan? Masalah Semantik & Keefektifan • Makna terkandung dalam pesan -àmaka memperbaiki encoding akan meningkatkan akurasi semantik. • Makna setidaknya sama banyaknya di dalam budaya sebagaimana di dalam pesan. • Komunikasi sebagai manipulasi dan propaganda. Redundansi Redundansi adlh hal yang bisa diramalkan (predictable) atau konvensional dalam suatu pesan. Redundansi disebabkan oleh prediktabilitas tinggi dan entropi dari prediktibilitas rendah. Jika saya berjumpa denga seorang teman di jalan dan berkata “Helo”, maka saya memiliki pesan yang sangat bisa diramalakan atau redundan (Highly predictable, highly) redundant. Redundansi membantu mengatasi kekurangan2 dari saluran yang mengalami gangguan. – jalur komunikasi yang noise >> eja kata: copy – c o p y, gift – g i f t, dll. Redundansi membantu mengatasi masalah dalam pentransmisian suatu pesan entropik. – suatu pesan yang sama sekali tidak diharapkan – akan perlu mengulangi, sering dengan cara yang berbeda. Redundansi membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan khalayak. Spesifik khalayak = entropik, sebaliknya Redundansi memainkan 2 fungsi utama: 1. sebagai bantuan teknis Shannon & Weaver menunjukkan bagaimana redundansi membantu akurasi decoding dan menyediakan suatu pedoman untuk memungkin-kan identifikasi kesalahan. Receiver selalau mengecek akurasi dari setiap pesan yang diterima terhadap yg mungkin dan apakah mungkin ditentukan oleh konvensi dan cara pemakaian kata. Konvensi mrpkn sumber utama redundansi dan hingga decoding dengan mudah. 2. melibatkan perluasan konsep ke dalam dimensi sosial. Ketika saya mengatakan “helo” pada teman yang saya temui di jalan. Omunikasi saya sifatnya redundan, tidak memuat sesuatu apapun yang baru, tidak ada informasi. Tetapi pada kenyataannya ada lebih banyak dari itu. Apa yang saya katakan dengan mengatakan “hello” adalah memelihara dan memeperkuat hubungan yang ada. Dengan tidak menyapa (mengatakan hello) pada teman yang kita temui di jalan tentu saja akan memperlemah hubungan kita dengan teman tersebut. Bayangkan apa yang akan terjadi ketika saya bertemu dengan sahabat karib saya tetapi jangankan menyapanya tetapi meliriknya saja tidak. Wah bisa dilabrak habis-habisan saya... Entropi Entropi adalah suatu pesan dengan prediktibilitas rendah dan karena informasi tinggi. Entropi bisa juga disebut sebagai level ketidakpastian. Berbeda dengan redudansi yang dipandang sebagai sarana untuk memperbaikai komunikasi, entropi dipandang sebagai suatu masalah dalam komunikasi. Biasanya dikaitkan dengan khalayak yang mempunyai tingkat homogenitas tinggi/spesifik –highbrow art (seni yang bercita rasa tinggi) karena biasanya semakin tinggi nilai seni suatu benda semakin tidak dimengerti atau tidak terprediksi oleh kebanyakan orang maka tingkat entropinya tinggi. • Identifikasi kartu adalah entropi, tetapi dengan cara mengurutkan sesuai jenis dan nomor, maka akan meningkatkan redundansi. ANALISIS REDUDANSI&ENTROPIK (fiske) Andil Shannon & Weaver • Semakin banyak gangguan, semakin besar kebutuhan akan redundansi yang mengurangi entropi relatif pesan. • Keseimbangan redundansi dan entropi dapat menghasilkan komunikasi yang efisien dan pada saat yang sama mengatasi gangguan dalam saluran. Keuntungan model Shannon dan Weaver ( Chandler) : 1. simplicity 2. generality 3. quantifiability MODEL SCHRAM Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : ? sumber bisa berupa : - seorang individual berbicara, menulis , menggambar, bergerak - sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi) ? pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna. ? Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalh pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. • Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing2. • Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan, --efektif. Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm.

Pengertian Kepemimpinan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh

5:29 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain: 1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24). 2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7). 3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). 4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. • K • 1.5 faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu : • Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya • Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang • Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan • Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi. 1.6 Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan ada dua gaya kepemimpinan berdasarkan studi-studi klasik yang membahas tentang kepemimpinan, yaitu :  Berorientasi kepada atasan : karakteristik dari gaya kepemimpinan ini adalah : • Menggunakan teori X dari McGregor, yaitu melihat manusia dari sedi negatif • Autokrat, yaitu hanya mementingkan pelaksanaan atau penyelesaian tugas saja • Tertutup • Lebih banyak memerintah • Menentukan apa yang harus dikerjakan serta cara mengerjakan tugas-tugas • Lebih mementingkan aspek produksi  Berorientasi kepada bawahan : karakteristik mdari gaya kepemimpinan ini adalah : • Menggunakan teori Y dari McGregor, yaitu memandang manusia dari segi positif • Demokratis • Terbuka • Suportif atau partisipatif, berkemauan menunjang bersedia menerima partisipasi dari bawahan • Akrab dengan bawahan, mempercayai bawahan, serta menghargai bawahan • Lebih mementingkan aspek manusia Salah satu pendekatan yang cukup populer dalam membuat identifikasi mengenai gaya-gaya kepemimpinan adalah konsep “managerial-gird” yang disampaikan oleh Blake dan Mouton.

Komunikasi dan Kepemimpinan

5:27 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pemberi pesan) ke komunikan (penerima pesan) melalui suatu saluran yang nantinya akan menghasilkan feedback ( respon). Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antara seseorang dengan orang lain, denga adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, diantara yang dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi yang timbal balik. Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadi proses komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran informasi atau berita. Komunikasi juga diperlukan dalam manajemen suatu perusahaan. Dimana perusahaan itu bisa mengatur semua yang berhubungan dengan perusahaan, mulai dari karyawan,produk yang dihasilkan,hubungan dengan perusahaan lain,serta kesejahteraan perusahaan,maka dari itu, komunikasi yang baik dalam perusahaan akan menciptakan suatu kondisi yang menjadi tujuan dari perusahaan itu sendiri. Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selamanya lancar, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi. Dari uraian tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur yang berkaitan dengan proses komunikasi,baik itu oleh komunikator maupun oleh komunikan, dan juga bahwa komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi.

Macam-Macam komunikasi

5:25 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

• Komunikasi Intrapersonal Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi antara diri sendiri. Dengan kata lain komunikasi ini adalah komunikasi batin. • Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara individu satu dengan individu yang lainnya. • Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Dalam hal ini adalah komunikasi antara kelompok. • Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, misalnya seperti perusahaan. • Komunikasi Massa Komunikasi Massa adalah komunikasi pada media massa, baik media cetak maupun media elektronik

Komunikasi Internal dan Komunikasi Eksternal

5:22 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Komunikasi internal adalah segenap kegiatan komunikasi yang secara khusus diarahkan pada pihak-pihak dalam lingkungan organisasi pemerintah. Misalnya pegawai atau anggota, pimpinan pemerintahan, dan pejabat public. Menyikapi perkembangan transparansi, organisasi pemerintah tidak dapat lagi memenaj organisasinya dengan pendekatan struktural, birokratis, dan instruktif dalam menjalankan roda pemerintahan, akan tetapi harus memanajnya dengan mengembakan sistem komunikasi yang efektif atau lebih dikenal istilah “managing by communications. Bab ini juga membahas tentang tantangan komunikasi. Dan juga membahas tentang jenis-jenis jurnal internal, yaitu majalah, Koran, Newsletter, dan majalah dinding. Adapun bentuk-bentuk baru jurnal internal, yaitu jurnal audio, jurnal video, video perusahaan, dan Koran elektronik. Dan ada juga manfaat perangkat audio visual, yaitu Untuk menghibur para tamu dan undangan: Dengan audio visual dapat melakukan berbagai presentasi untuk para tamu undangan baik dalam bioskop pribadi, ruangan hotel, balai sidang, dan lain-lain. Komunikasi eksternal adalah segenap kegiatan komunikasi yang diarahkan pada publik di luar organisasi pemeritah (masyarakat umum, target graup, partai politik, assosiasi, tokoh-tokoh masyarakat, dan sebagainya), bukannya kalangan dalam organisasi pemerintah yang bersangkutan. hubungan media eksternal lebih populer disebut degan hubungan pers. Di negara-negara maju yang sudah bebas buta huruf, media berita seperti koran, radio, dan televisi merupakan wahana utama penyebaran informasi atau pesan-pesan ke-PR-an. Akan tetapi setiap pejabat PR di Indonesia umumnya pasti merasakan betapa sulitnya membujuk wartawan agar memuat aktivitas pemerintahan dalam rubrik berita. Pejabat PR sering kali kesulitan menyiasati redaktur media massa agar siaran persnya bisa dimuat tanpa disensor. Secara teori, keberhasilan seorang pejabat PR diukur dari kemampuan mereka memuat sebanyak mungkin siaran persnya dengan biaya yang minimal. Dan ada keterkaitan PR dengan media massa, adalah Salah satu kemampuan penting yang harus dikuasai oleh praktisi PR adalah menjalin hubungan baik dengan kalangan media massa. Topik ini akan kita bahas panjang lebar dalam. "Hubungan Pers", namun ada baiknya jika menyinggungnya sedikit di sini, mengingat kita akan membahas tentang media itu sendiri. Ada juga unsur-unsur fungsional pers. Bidang pers, atau tepatnya penerbitan pers, merupakan gabungan dari empat macam fungsi atau rangkaian kegiatan yang berlainan, yaitu departemen editorial, departemen iklan, departemen produksi, dan departemen sirkulasi. Dan disini juga membahas tentang. Peran-Radio dan Peluangnya Sebagai Media PR, Radio adalah sebuah media utama informasi, hiburan, dan pendidikan massal yang sangat populer. Ada juga media-media eksternal lainnya. Tujuannya untuk menjangkau khalayak tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan PR, adakalanya penggunaan media massa pers, radio, televisi tidak sesuai, apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja. Contoh dari khalayak seperti itu adalah para staf atau anggota organisasi sendiri yang mungkin hanya dapat dijangkau melalui jurnal internal. Media audio visual Ini merupakan salah satu kemajuan penting di dunia media yang harus diperhatikan oleh para praktisi PR Tidak seperti pers, radio, dan televisi, perangkat audiovisual adalah suatu media yang bercakupan terbatas yang dimiliki dan sepenuhnya dikendalikan oleh pihak tertentu yang diarahkan kepada khalayak yang bersifat terbatas. PR dan hubungan pers (public relations dan press relations, keduanya biasa disingkat PR) sering dianggap sama. Tentu saja anggapan ini salah, karena hubungan pers tersebut hanya merupakan salah satu bagian dari PR. Pengertian hubungan pers (press relation) adalah upaya-upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau organisasi yang bersangkutan. Dan disini juga membahas tentang acara-acara perss. Secara umum, terdapat tiga macam peristiwa atau acara pers (press events). Yaitu, konferensi pers, resepsi pers, dan kunjungan pers.

Public Relation (PR)

5:19 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Organisasi Publik mengajak berkenalan dengan sosok Public Relations sebagai suatu bidang kajian yang bermanfaat bagi perkembangan peradaban ummat manusia dan organisasi sebagai wahana kiprah manusia merealisasikan keunggulan bakat potensinya. Dan disini dijelaskan juga tentang jati diri PR adalah kajian tentang relasi antar manusia untuk merealisasikan keunggulan bakat-potensinya mengembangkan organisasi sejalan dengan harapan publik dalam rangka mewujudkan citra positif-konstruktif. Kunggulan bakat-potensi manusia yang diungkapkan melalui membangun relasi dengan format terorganisasi yang dilakukan dengan serangkaian aktivitas pembaharuan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian secara berkesinambungan akan posisi-perannya, jabatan-tugasnya, pekerjaan-metodenya agar memungkinkan terwujud kinerja organisasi yang membentuk citra baik (positif-konstruktif) di mata publik yang mencerminkan derajat kehormatan dan kesejahteraan hidupnya. Bab ini juga membahas tentang visi dan misi, yang berisi tentang harapan yang akan dicapai dan PR sebagai bidang kajian keilmuan melandaskan diri pada Visi Keunggulan Insani. Visi PR memandang Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, di dalam pribadinya telah tertanam secara fitrah bakat-potensi luar biasa. Satu keunggulan utama manusia yang dapat digali benihnya, disemaikan, ditumbuh-kembangkan melalui kemampuan komunikasinya. Visi PR terhadap manusia memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki bakat potensi unggul, dan berkemampuan luar biasa. Hakekat organisasi adalah ungkapan mental-kejiwaan manusia secara utuh. Public Relations adalah fungsi manajemen yang menegakkan dan menjaga-pelihara hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya dimana padanya bergantung kesuksesan dan kegagalannya. Organisasi Publik mengajak berkenalan dengan sosok Public Relations sebagai suatu bidang kajian yang bermanfaat bagi perkembangan peradaban ummat manusia dan organisasi sebagai wahana kiprah manusia merealisasikan keunggulan bakat potensinya. Dan disini dijelaskan juga tentang jati diri PR adalah kajian tentang relasi antar manusia untuk merealisasikan keunggulan bakat-potensinya mengembangkan organisasi sejalan dengan harapan publik dalam rangka mewujudkan citra positif-konstruktif. Kunggulan bakat-potensi manusia yang diungkapkan melalui membangun relasi dengan format terorganisasi yang dilakukan dengan serangkaian aktivitas pembaharuan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian secara berkesinambungan akan posisi-perannya, jabatan-tugasnya, pekerjaan-metodenya agar memungkinkan terwujud kinerja organisasi yang membentuk citra baik (positif-konstruktif) di mata publik yang mencerminkan derajat kehormatan dan kesejahteraan hidupnya. Bab ini juga membahas tentang visi dan misi, yang berisi tentang harapan yang akan dicapai dan PR sebagai bidang kajian keilmuan melandaskan diri pada Visi Keunggulan Insani. Visi PR memandang Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, di dalam pribadinya telah tertanam secara fitrah bakat-potensi luar biasa. Satu keunggulan utama manusia yang dapat digali benihnya, disemaikan, ditumbuh-kembangkan melalui kemampuan komunikasinya. Visi PR terhadap manusia memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki bakat potensi unggul, dan berkemampuan luar biasa. Hakekat organisasi adalah ungkapan mental-kejiwaan manusia secara utuh. Public Relations adalah fungsi manajemen yang menegakkan dan menjaga-pelihara hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya dimana padanya bergantung kesuksesan dan kegagalannya. Masuk kelapangan kerja biasanya dengan latar belakang akademik dan pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda. Langkah terbaik adalah dengan mengkombinasikan ilmu PR dengan penguasaan di bidang lain. Karena posisi yang paling sulit saat ini adalah yang memerlukan persiapan dan latar belakang yang lebih khusus. Kecenderungan umum menunjukkan bahwa keberhasilan praktisi PR dalam mencapai kesuksesan banyak dilandasi oleh kecakapannya dalam berkomunikasi, pengetahuan manajemen, kemampuan memecahkan masalah, motivasi yang besar, serta kemampuan intelektualitasnya. Dalam mewujudkan citra positif konstruktif, tugas dan tanggung jawab PR dalam organisasi dapat diperinci sebagai berikut: 1. Dengan pihak internal  Memupuk suasana yang menyenangkan  Menjadikan karyawan sebagai praktisi Public Relations  Mendorong kearah pelayanan yang baik  Menciptakan situasi komunikasi yang menstimulir gairah kerja  Membangun media-media komunikasi yang dirancang menumbuhkan jiwa korp  Mengembangkan interaksi komunikasi yang menumbuhkan kesadaran dan perhatian pimpinan organisasi terhadap kesejahteraan pegawai.  Menciptakan interaksi komunikasi yang dapat mengintegrasikan kepentingan keluarga pegawai dengan misi organisasi pemerintah. 2. Dengan pihak eksternal  Menciptakan hubungan relasi yang akrab dan saling menguntungkan  Memperluas jalinan hubungan dengan para pengguna jasa atau pelanggan  Memperkenalkan program kerja dan kegiatan  Menciptakan kondisi lingkungan publik yang menunjang misi organisasi  Memonitor pendapat dan sikap masyarakat terhadap organisasi  Menciptakan opini publik yang positif konstruktif  Memelihara hubungan baik dengan media massa PR melekat pada tugas-tugas manajer pemerintahan, yakni membantu pucuk pimpinan mengendalikan usaha-usaha adaptasi organisasi-organisasi pemerintahan terhadap tuntutan publik yang semakin berkembang agar tetap hidup tumbuh berkembang mengemban misi menuju masa depan Bidang pemerintahan sangatlah bersentuhan dengan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, dan pada kenyataannya setiap bidang pemerintahan sangatlah terikat dan tergantung pada peran Public Relations. Dalam artian yang sebenarnya tujuan demokrasi sendiri hampir sama dengan tujuan dari Public Relations. Tumpuan sukses pemerintahan demokratik terletak dalam menjaga hubungan yang responsif dengan warga negaranya yang didasarkan pada perasaan saling memahami dan adanya komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Tanpa adanya pengertian dan partisipasi aktif masyarakat, para pejabat terpilih yang mendapat mandat akan kehilangan kontak dengan kebutuhan dan kepentingan yang sesungguhnya dari masyarakatnya. Program-program yang nilainya milyaran rupiah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan publik dapat saja tidak diperhitungkan rakyat, sementara masih tersimpan gelora suara kebutuhan yang lebih mendesak. Sehingga para politisi yang memiliki kepentingan tertentu akan terus menyerang kebijakan yang diambil. Kepentinggan masyarakat yang sesungguhnya masih tertutup di bawah permukaan, yang kemudian tiba-tiba muncul dan lalu dikobarkan dengan retorika remeh untuk mengaburkan pemahaman atas permasalahan yang lebih mendasar. Banyak perkembangan yang dicapai dengan adanya media untuk pelaporan kegiatan pemerintah. Dengan demikian kegiatan atau segala bentuk aktivitas pemerintah dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga dapat memantau kinerja pemerintahan. Komposisi PR dari tiap-tiap organisasi pemerintahan tentu saja berbeda tergantung pada kebutuhannya. Perbedaan antara biro PR dan PR adalah bahwa pada saat orgnaisasi mulai membelanjakan sejumlah besar uang untuk keperluan kegiatan PR, ia mulai mempertimbangkan untuk menunjuk dan memperkerjakan suatu biro PR eksternal (suatu biro yang berdiri sendiri, diluar organisasi tersebut) dan menjalin kerja sama erat dengannya dalam jangka panjang. Sedangkan bagi departemen PR yang akan terjadi adalah sebaliknya. Artinya, seandainya saja keperluan-keperluan departemen PR dirasakan semakin besar, maka organisasi itu tidak menunjuk suatu biro PR di luar orgnaisasi, melainkan ia akan membangun suatu departemen atau lembaga PR internal (menjadi salah satu bagiannya atau yang berada dalam lingkungan organisasi itu sendiri). bila suatu organisasi pemerintahan mulai terlibat dalam kegiatan PR yang sangat aktif, maka ia akan membangun atau memperbesar departemen PR internalnya (ada dilingkungan organisasi itu sendiri). Biasanya suatu organisasi baru membeli jasa konsultasi PR manakala kegiatan PR dari departemen PR tersebut memang belum terlalu banyak. Namun hal ini tidak berarti departemen PR (bersifat internal atau berada di lingkungan itu sendiri) pasti lebih baik daripada konsultan PR (bersifat eksternal atau di luar organisasi itu) maupun sebaliknya. Keduanya memiliki sifat dan keunggulan tersendiri. Biasanya suatu organisasi besar akan membutuhkan kedua-duanya. Suatu organisasi biasanya memperkerjakan biro PR eksternal atas dasar dua alasan, yaitu (1) keahlian biro tersebut dalam perencanaan dan pengadaan ruang maupun waktu penyiaran secara efisien dan ekonomis, serta (2) untuk menyadap keahlian-keahlian kreatifnya dalam merancang, menghias dan menyebarluaskan pesan-pesan yang dapat mempromosikan program kegiatan, jasa layanan atau produk publik atau citra organisasi yang bersangkutan. Usaha untuk memiliki kedua-duanya akan menelan biaya yang cukup besar, dan ini sangat mahal, sehingga akan lebih ekonomis apabila suatu organisasi yang membutuhkan hanya menyewa saja jasa PR itu dari biro-biro PR eksternal.

Cara Mengukur Media Massa

5:15 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

ada beberapa cara yang biasa ditempuh guna mengukur sejauh mana suatu media telah berhasil menyentuh para pembacanya. Antara lain adalah sebagai berikut. a. Survei pembaca: Pada survei ini para pembaca diminta mengisi, suatu kuesioner serta menyertakan pendapatnya mengenai suka atau tidak sukanya mereka terhadap suatu media. Lembar kuesioner itu bisa disisipkan di majalah atau koran yang bersangkutan disertai himbauan agar para pembaca mau mengisi dan mengemba-likannya ke redaksi. Kadang-kadang, dalam rangka mendorong para pembaca agar mau mengisi dan mengembalikan kuesioner tersebut, pihak koran atau majalah mengiming-imingi hadiah tertentu. Namun, hasil yang lebih bisa dipercaya akan diperoleh melalui penelitian secara mendalam terhadap sejumlah sampel pembaca. Akan lebih baik lagi jika penelitian tersebut dilakukan secara langsung atau tatap muka. Kuesioner yang biasa saja kurang bisa diandalkan karena sering kali yang mengembalikannya jauh lebih sedikit dari yang harapkan.. b. Kompetisi: jika suatu majalah sering mendapat saingan dari "muka-muka" baru yang menampilkan sosok atau liputan sejenis itu menunjukkan bahwa majalah. tadi cukup menarik dan diminati pembaca. c. Surat-surat pembaca: Dipublikasikan atau tidak, jumlah surat pembaca dapat menunjukkan sejauh mana mereka menaruh minat dan perhatian atas suatu jurnal. Dalam surat tersebut mereka juga bisa mengemukakan apa pendapat atau sikap mereka terhadap media tersebut. d. Respons terhadap Iklan: Apabila produk-produk yang diiklankan di suatu majalah mengalami lonjakan angka penjualan maka minat dan kepercayaan masyarakat terhadap majalah itu tinggi. e. Pengutipan artikel: Apabila suatu jurnal sudah memiliki jangkauan yang cukup luas dan dipercaya maka berbagai artikel yang dimuatnya akan sering kali dikutip dan dimanfaatkan secara luas. f. Dampak. Yang dimaksud dengan dampak di sini adalah hasil-hasil nyata dari usaha PR yang dilakukan melalui jurnal ekstemal. Dampak yang positif biasanya berupa semakin baiknya kerja sama dan hubungan antara khalayak dengan organisasi yang melakukan. usaha PR tadi. Dampak itu sendiri bisa diketahui melalui survei pendapat, observasi, atau melalui hasil-hasil fisik dan finansial.

Kedudukan Pers Cetak Sebagai Media

5:13 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa kondisi dan karakter pers di masing-masing negara berlainan. Semua itu ditentukan oleh sejarah, geografi, politik, ekonomi, agama, konfigurasi kelompok-kelompok etnik di masing-masing negara, standar pendidikan (tingkatan melek huruf), ukuran atau luas negara, serta baik-tidaknya fasilitas transportasi dan komunikasi yang tersedia. Dari sekian banyak faktor yang turut mempengaruhi, salah satu di antaranya yang paling menonjol adalah latar belakang sejarah. London adalah ibu kota Inggris selama berabad-abad sehingga selama itu pula ia menjadi suatu pusat pers nasional. Namun, Jerman, Italia, Amerika Serikat, dan berbagai negara lainnya adalah federasi yang merupakan gabungan dari beberapa unit politik sehingga di masing-masing negara tersebut tidak terdapat suatu pusat pers tunggal seperti halnya London.

PR Dengan Media Massa

5:12 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Salah satu kemampuan penting yang harus dikuasai oleh praktisi PR adalah menjalin hubungan baik dengan kalangan media massa. Topik ini akan kita bahas panjang lebar dalam. "Hubungan Pers", namun ada baiknya jika menyinggungnya sedikit di sini, mengingat kita akan membahas tentang media itu sendiri. Membuat siaran pers 'berita baik' dari kegiatan pemerintah memang tidak mudah. Salah-salah wartawan yang memuat mentah-mentah siaran pers dari PR atau terpengaruh memuat pesan-pesan “sponsor” di dalamnya bisa dituduh telah berkolusi dengan PR. Mengapa begitu sulit untuk memuat siaran pers? Tampaknya bagi sebagian besar media kita, banyak kegiatan pemerintah yang masih dinilai tidak layak sebagai berita. Artinya, ada keengganan pers memuat kebanyakan kegiatan pemerintah dalam media, apalagi berkaitan dengan 'berita baik'. Namun jika kegiatan pemerintah itu bermasalah, media seperti menghalalkan penyebutannya secara tegas. Contohnya, saat suatu lembaga menyiarkan rencana programnya hanyalah dimuat judulnya saja dan sisi-sisi yang menarik bagi wartawan yang seringkali berbau negatif. Sementara makna keutuhan program hilang ditelan opini media. Di sebagian besar media, wartawan memiliki spesialisasi bidang peliputan. Wartawan bidang ekonomi misalnya, mungkin terdiri dari beberapa orang subbidang industri, koperasi, dan pasar modal. Atau bidang hukum, terdiri dari beberapa orang yang menguasai wilayah tertentu, misalnya Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan seterusnya. Kiat pertama, menyiasati media massa adalah menempatkan staf PR profesional yang memiliki kemampuan menulis. Akan sangat baik jika ia mantan wartawan. Dengan pemahamannya pada karakter setiap penerbitan pers, praktisi PR akan mampu mengemas informasi yang ingin diterbitkannya sesuai jiwa media yang menjadi sasarannya. Pengetahuannya tentang nilai berita akan sangat mempengaruhi pemuatan berita yang telah disusun praktisi PR. Kiat kedua, PR harus dekat dengan wartawan. Dalam hubungan atau tidak dalam hubungan dinas, PR harus menyediakan waktunya untuk bergaul dengan mereka. Binalah komunikasi pribadi (interpersonal communications) yang baik dengan wartawan di mana dan kapan saja. Kiat ketiga, PR mesti sudi bekerja keras. Banyak PR yang mampu menyusun siaran pers, tetapi sangat langka yang mau bertindak sebagai wartawan. Mereka merasa cukup mengundang wartawan untuk menghadiri suatu acara atau konferensi pers. Sulit mencari staf PR yang mau proaktif menyusun berita begitu acara selesai. Siaran pers hanyalah berita yang direncanakan. Kenyataannya banyak hal yang menarik yang mungkin muncul saat acara atau konferensi pers berlangsung. Karenanya staf PR yang profesional harus bisa mengubah diri menjadi wartawan. Semua fakta yang menarik harus bisa dikumpulkan dan disusun selayaknya berita. Semuanya harus dikerjakan di tempat kejadian secara cepat dan segera dibagikan kepada para wartawan yang hadir. Ini penting, agar berita bisa diterbitkan sesuai keinginan PR. Naskah berita juga dikirim ke media yang tak mengirimkan wartawannya, dengan bantuan faksimile atau modem Serba-Serbi Pers Cetak Di negara-negara majui yang sudah bebas buta huruf, media berita seperti koran, radio, dan televisi merupakan wahana utama penyebaran informasi atau pesan-pesan ke-PR-an. Di negara-negara berbahasa tunggal seperti halnya di Inggris, Prancis. Jepang, Australia, dan Korea, terdapat media-media berita yang memiliki jutaan pembaca dan khalayak. Banyak majalah dan surat kabar yang demikian populer sehingga mencapai cakupan nasional. Namun, di negara-negara yang memiliki banyak kelompok etnik dan bahasa daerah, daya jangkau dari masing-masing media berita relatif terbatas apalagi belum semua penduduknya bebas buta huruf. Di negara seperti itu, tugas praktisi PR tentu saja menjadi lebih sulit dan menuntut suatu taktik tersendiri. Di Amerika Serikat, koran-koran terkemuka terlokalisasi di sekitar kota-kota besar dan ibu kota negara bagian seperti New York, Boston, Chicago, Washington, San Fransico, Los Angeles atau New Orleans. Meskipun demikian, di negara tersebut banyak terdapat mata rantai persurat-kabaran. Artinya, beberapa koran dimiliki oleh satu organisasi sehingga organisasi itu dapat menyampaikan suatu pesan atau berita melalui berbagai nama koran dan di berbagai tempat yang terpencar-pencar dalam waktu serentak.