Navigation


RSS : Articles / Comments


Bullet Theory

6:28 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

TEORI PELURU ( BULLET THEORY ) "Teori Peluru". Di dalam teori ini dijelaskan bahwa sebuah media massa memiliki kekuatan dan pengaruh yang sangat besar dalam hal kehidupan masyarakat. Teori ini juga dikenal dengan nama Teori Jarum Hypodermic atau Teori Jarum Suntik. Dalam teori ini digambarkan/dianalogikan bahwa bila seseorang telah disuntikkan obat bius maka orang itu tidak akan berdaya. Teori ini menyatakan keadaan khalayak yang pasif sehingga sangat mudah dipengaruhi. Dalam sejarah terjadi efek media massa yang sangat menggambarkan teori ini. Adalah di Tahun 1938, kala itu terjadi di Amerika Serikat, sebuah radio yang bernama Orson Welles menanyangkan memutarkan sebuah drama radio tentang serangan (invasi) makhluk luar angkasa ke bumi. Semua orang menjadi panik bahkan mereka memutuskan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman padahal itu hanyalah sebuah drama radio. Selain itu, saya juga sering mendengar di Tv sebuah berita yang menginformasikan bahwa seseorang melakukan tindak kejahatan (pemerkosaan) karena habis menonton film porno. Dalam ilmu komunikasi massa, ada teori yang dinamakan "teori peluru" atau "jarum suntik". Teori ini menggambarkan kedahsyatan media massa yang segera dapat memberikan efek langsung kepada khalayak pendengar, pembaca, ataupun pemirsa. Pernah terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1938, sebuah stasiun radio Orson Welles menyiarkan tentang invasi dari makhluk Mars. Efek dari siaran tersebut membuat ratusan ribu orang panik. Pada tahun 1940-an Hitler dan Goebbels menggiring jutaan orang untuk turut dalam perjuangan mereka di Jerman Nazi hanya melalui siaran radio dan film. Kita tahu, sejarah telah mencatat seorang Hitler mampu membakar semangat prajuritnya serta mengguncang dunia melalui media massa. Terutama produk penyiaran yang potensial mengontaminasi moral dan budaya bangsa, seperti iklan-iklan porno, penerbitan yang mengeksploitasi pornografi, VCD porno, dan selera rendah lainnya. Di sisi lain, juga dituntut komitmen dan integritas moral yang tinggi dari semua stakeholders di bidang media massa. Sudah seharusnya kita dapat memilah dan memilih informasi yang akan disampaikan kepada publik secara luas. Jangan pertaruhkan masa depan republik ini dengan informasi-informasi dan iklan-iklan murahan. Contoh penelitian menggunakan teori peluru : Kehadiran televisi dalam industri audio visual sebagai sarana informasi sekaligus hiburan memberikan dampak yang bermacam-macam. Saat ini juga muncul banyak sekali film-film televisi, termasuk film kartun anak-anak yang menyajikan adegan kekerasan. Adegan-adegan ini diduga memberikan dampak yang negatif bagi perilaku anak-anak, termasuk tindakan agresi. Film Dragon Ball merupakan salah satu film yang sangat digemari oleh anak-anak yang didalamnya menyajikan banyak sekali adegan kekerasan, baik secara fisik, penyerangan terhadap benda mati dan binatang, menyerang secara verbal (dengan menggunakan kata-kata) maupun perampasan terhadap hak milik orang lain. Tanpa mereka sadari perilaku para tokoh dalam film yang mengarah pada kekerasan tersebut seringkali mereka contoh atau ditiru.

Analisis Jaringan Komunikasi

6:27 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

.ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI Istilah jaringan komunikasi menyatakan suatu sistem yang menyalurkan informasi diantara anggota sebuah kelompok. Jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai satu dari dua jenis utama, informal atau formal. Jaringan informal sering kali disebut sebagai jaringan komunikasi sesaat. Jaringan-jaringan ini terjadi dalam komunikasi antarpribadi di mana tak seorang pun secara sadar menentukan atau menggunakan titik kontak tertentu. Namun, jaringan-jaringan itu muncul ketika para peserta secara bebas berinteraksi dengan setiap orang, dalam tingkat frekuensi dan intensitas yang berbeda. Beberapa kajian telah menunjukkan bahwa sepanjang waktu jaringan-jaringan sesaat ini cenderung menjadi sumber informasi yang stabil dan dapat diandalkan, contohnya rumor dan gosip. Jaringan formal sering kali dianggap sebagai jaringan komunikasi terencana. Jaringan ini adalah suatu jenis komunikasi antarpribadi di mana interaksinya terjadi dalam jaringan yang secara sengaja dirancang. Jadi, jaringan ini mempunyai bentuk. Dalam proses pembentukannya, pertimbangan utamanya adalah faktor status dan peranan. Banyak kehidupan masyarakat dewasa ini membutuhkan terbentuknya jaringan komunikasi. Kedua jenis jaringan ini mempunyai jaringan keterhubungan yaitu tingkat di mana seorang peserta memiliki akses komunikasi kepada anggota jaringan lainnya. Dalam jaring “semua saluran” (aD-channel), semua anggota dapat berhubungan satu sarna lain. Dalam jaring “terbatas”, sejumlah peserta memiliki akses terbatas atau sama sekali tidak memiliki akses kepada beberapa anggota jaringan. Menurut Wright (1988 : 102 – 104) fokus kajian jaringan komunikasi lebih diarahkan pada pola-pola pengaruh, yaitu siapa yang menjadi influentials atau orang-orang yang berpengaruh dan seberapa jauh penyebaran pengaruhnya. Ini berarti, kajian jaringan komunikasi berhubungan dengan ketokohan seseorang. Sebutan tokoh tentu berkait erat dengan status. Dan status adalah bagian yang tak terpisahkan dengan pengaruh atau aksesibilitas masyarakat setempat terhadap sumber informasi dan segala aspeknya. Analisis jaringan ini dapat dilihat melalui hubungan – hubungan yang terdapat diantara orang – orang dan diantara klik – klik pada suatu topik tertentu yang dapat diungkapkan dengan teknik – teknik sosiomentri dan didasarkan pada penemuan “siapa berinteraksi dengan siapa“ (Gonzalez dalam Jahi, 1993 : 94). Bukti nyata efek jaringan komunikasi pada perubahan perilaku seseorang diperoleh dari beberapa studi tentang adopsi program atau kegiatan pemerintah. Seperti dinyatakan Gonzales, untuk sebagian, perilaku seseorang dipengaruhi oleh hubungan orang tersebut dengan orang lain atau oleh jaringan komunikasi yang diikutinya (lihat, Gonzales dalam Jahi, 1993: 98).

Dampak Infotainment

6:26 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Pengertian gosip Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa yang dimaksud gosip itu adalah obrolan tentang orang lain, cerita negatif tentang seseorang atau menggunjing seseorang. Dilihat dari sini, gosip itu kita ketahui sebagai sesuatu yang kurang "pantas" tapi apa boleh buat, menggosip itu terkadang mengasyikkan bagi sebagian orang. Jadi, meskipun kurang right, tapi feels nice. Pada intinya Gosip adalah suatu tindakan percakapan yang bisa berbentuk lisan atau tertulis, dimana seseorang menyampaikan suatu informasi, tetapi ia tidak menjadi bagian dari informasi tersebut, dan ia juga bukan menjadi solusinya. Percakapan itu bisa berbentuk sebagai suatu perbincangan sambil lalu saja, atau perbincangan dengan tujuan untuk mendiskreditkan nama orang lain. Gosip sering mempunyai sepercik dasar kebenaran yang dipergunakan sebagai awal percakapan oleh paling sedikit dua orang, tetapi lebih sering perbincangan tersebut berasal dari daya khayal mereka sendiri. Jadi bergunjing, terkadang bisa mempunyai sebab-musabab, dan terkadang tidak. Maraknya acara infotainment di berbagai stasiun televisi, dinilai memberi dampak negatif yang berpengaruh kepada perilaku dan pola hidup masyarakat. Ketika acara infotainment ramai menayangkan kasus perceraian misalnya, statistik perceraian di masyarakat juga meningkat. Pada saat infotainment mempopulerkan isu perselingkuhan, ternyata di masyarakat pun ramai terjadi perselingkuhan. Memang belum diteliti secara serius hubungan antara infotainment dengan kehidupan masyarakat, namun kasat mata menyaksikan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat, antara tayangan televisi dengan perilaku masyarakat. Dari berita-berita itulah menyebar berbagai macam varian gosip-gosip kehidupan dari berbagai macam kalangan yang beredar di acara infotainment di televisi. Pengertian Infotainment Di Indonesia sekarang ini banyak sekali tayangan–tayangan yang dianggap kontroversial seperti acara infotainment dimana acara tesebut dari dulu sampai sekarang ini menjadi pembicaraan. Dulu acara tersebut sempat menjadi pembicaraan hangat antara Nahdatul Ulama karena acara tesebut dianggap haram. Acara infotainment yang menyajikan gosip-gosip seputar selebriti ini ditayangkan hampir disemua stasiun televisi. Hampir setiap hari kita disuguhi berbagai macam tayangan infotainment yang mengulas seputar selebriti. Sekarang ini banyak para produser berlomba-lomba untuk membuat rumah prokdusi yang memproduksi infotainment dan dibuat sedemikian bagusnya untuk menarik para penontonnya. Infotainment sendiri menyedot banyak perhatian khalayak diseluruh Indonesia. Didalam infotainment sendiri menceritakan tentang seluk beluk para selebriti mulai dari kehidupan pribadi, percintaan, pernikahan sampai dengan perceraian. Sebenarnya hal-hal tersebut tidak perlu dikonsumsi oleh orang banyak karena merupakan privacy orang. Tapi dengan adanya infotainment yang sangat laku dipasaran maka mereka berusaha mencari informasi sampai detail dari hal yang bersifat pribadi dan kecil sampai yang terbesar. Selebriti merupakan obyek utama yang ada diinfotainment. Setiap hal dilakukan oleh para artis pasti akan terekspose keluar. Bahkan ada tayangan infotainment yang mengulas habis-habisan tentang kehidupan pribadi mereka.Infotainment sebagaimana dikenal selama ini adalah sejenis acara televisi yang memadukan dua unsur yakni informasi dan hiburan. Acara ini mulai muncul di era 90-an dan semakin marak seiring dengan lahirnya stasiun-stasiun televisi. Karena sifatnya informatif dan menghibur, acara ini mendapatkan tempat di hati masyarakat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya rating (peringkat atas banyaknya jumlah penonton) untuk acara sejenis ini. Sedemikian lakunya, sehingga ada stasiun televisi yang menayangkan acara jenis ini sampai 3 kali dalam sehari. Persoalan kemudian muncul ketika domain acara ini yang seharusnya menginformasikan sisi positif dari seorang tokoh, dan menghibur dalam arti yang positif, bergeser kepada informasi sisi negatif dari kehidupan sang tokoh, serta hiburan yang dimanupulasi dari perseteruan, perselingkuhan, perceraian, yang disajikan dengan teknologi efek yang canggih. Pemirsapun seakan disihir dengan manipulasi kata-kata dan Ungkapan-ungkapan yang memperlihatkan keprihatinan atas kasus atau perilaku negatif dari seorang tokoh. Penyajian yang manipulatif ini pun ternyata “memikat” masyarakat sehingga rating acara tetap tinggi. Contoh gosip melalui infotainment yaitu insert, silet . Selama satu jam, Silet hadir untuk mengupas tuntas kisah dan kasus para selebritis tanah air. Dengan gaya bahasa yang puitis, Silet menjadikan hal-hal yang tabu menjadi layak dan patut diperbincangkan. Infotainment yang mampu membahas dunia selebritis setajam silet ini sanggup menghadirkan nara sumber yang sulit ditemui sekali pun.Dengan reputasinya, Silet selalu berhasil membuat selebritis angkat bicara tentang persoalan yang tengah mereka hadapi bahkan tidak jarang sampai menguraikan air mata. Investigasi yang mendalam juga turut menjadikan Silet berbeda dari tayangan infotainment lainnya. Tidak heran jika acara yang dipandu Feni Rose dan Donna Arsita ini selalu dinantikan kehadirannya. Ada 41 acara infotainment di seluruh stasiun televisi. Bila dijumlahkan, durasi total semua acara tersebut mencapai 22 jam dalam sehari. Pada tanggal 27-30 juli 2006, Musyawarah Nasional Alim Ulama (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Surabaya, mengharamkan tayangan ini dengan beberapa pertimbangan, yaitu, pertama, tayangan infotainment sudak masuk terlalu jauh ke ruang privat yang bisa dikategorekan pergunjingan (ghibah) orang lain di depan public, seperti rumah tangga artis yang dikabarkan retah karena selingkuh, padahal kabar itu hanya gosib belaka, belum tentu kebenarannya. Kedua, tayangan infotainment merupakan salah satu acara yang pada durasinya sudah masuk kategori berlebihan. Karena hampir setiap saat, pemirsa dijelajahi tayangan itu, sehingga masyarakat mudah terbius untuk terus menerus menonton pergunjingan orang lain. Ketiga, tayangan infotainment telah menimbulkan dampak negatif (mudharat) pada masyarakat. Sehingga menayangkan atau menonton acara yang mengarah pada upaya yang menyebarkan fitnah -melalui acara apapun- adalah haram, kecuali didasari tujuan yang dibenarkan secara syari’at seperti memberantas kemungkaran, memberi peringatan , menyampaikan pengaduan/laporan dan atau meminta fatwa hukum. Apakah infotainment itu bagian dari pers? Menurut Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Jakarta, tayangan infotainment perlu dilihat dari dua aspek, yaitu apakah tayangan ini memenuhi kepentingan public dan etika jurnalistik. Artinya jika tayangan infotainment itu tidak memenuhi kepentingan masyarakat, maka acara ini telah melanggar kode etik jurnalisme. Karena semangat jurnalisme itu mengabdi pada kepentingan public. Melarang masyarakat menonton infotainment juga tidak akan mengakhiri penderitaan social khalayak penggemar infotainment, lantas, kita harus selektif dalam mengkonsumsi berita, tidak asal percaya kepada berita, karena tidak semua tayangan mengindahkan kode etik jurnalistik, tetapi lebih kepada kepentingan kapitalis. Dampak negatif dari infotainment • Meningkatnya kasus perceraian pada zaman sekarang yang disebabkan oleh pengaruh acara infotainment yang menayangkan tentang kasus-kasus perceraian para artis. Lagipula kisah perceraian seseorang adalah sebuah hal yang menyakitkan bagi sebagian besar orang, tapi hal itu dianggap sebagai tayangan yang menghibur. • waktu luang yang terbuang percuma, • menjadikan ibu-ibu rumah tangga jadi tidak produktif karena asyik menonton televisi. • membicarakan isi infotainment yang mereka tonton pada saat berkumpul di acara pengajian, arisan, atau saat berbelanja. • Menghilangkan ranah privat dan ranah publik, • Mengganggu Orang Yang Sedang Diperbincangkan / Dibahas • Menjerumuskan Masyarakat Pada Gaya/Pola Hidup Yang Salah • Contoh Buruk Bagi Anak-Anak Dampak positif dari infotainment • Kontrol sosial para public figure Public figure akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena mereka adalah sorotan publik dan media, sedikit saja mereka melakukan hal-hal yang tidak biasa, baik itu hal positif maupun negatif, akan menjadi berita besar bagi media dan publik. • Meningkatkan popularitas public figure Dengan adanya pemberitaan infotainment akan terjadi peningkatan popularitas para public figure yang mana sebelumnya sudah menghilang dari peredar kemudian tampil kembali karena adanya tayangan infotainment tersebut. • Menginspirasi banyak orang Liputan infotainment tidak selalu negatif, melainkan hal-hal positif yang dapat menginspirasi banyak orang misalnya saja artis yang sangat muda bisa menyanyi, mengarang lagu, akting dan bisa mencari uang sendiri. • Sarana informasi Tidak selamanya tayangan infotainment tentang hal-hal negatif, adakalanya tayangan infotainment dijadikan media oleh pemerintah untuk mensosialisasikan hal-hal positif yang berupa himbauan kepada masyarakat, semisal menghemat listrik, bahaya narkoba, HIV AIDS dan lain sebagainya. • Lapangan pekerjaan Sedikit banyak tayangan infotainment menyerap tenaga kerja yang bisa mengurangi angka penganggura di Indonesia. Hubungan Infotainment dengan Sistim Komunilasi Indonesia Infotainment adalah salah satu bagian dari Sistem Komunikasi Indonesia, dimana media menyampaikan pesan tentang kabar selebriti, dari gaya hidup, kehidupan rumah tangga, prestasi, kehidupan sosial, perselingkuhan, perceraian, pernikahan, meninggal, dan percintaan. Kabar ini mempunyai efek kepada para penikmat infotainment, dan efek tersebut lebih banyak pada hal negatif, ironisnya, sebagian besar dari kita, tidak mengindahkan kebenaran berita tersebut, dan "dibodohi" oleh media. Media menyajikan berita tidak memperhatikan efek kepada para konsumen infotainment, melainkan hanya mengejar rating, dan ketidakpedulian ini dinikmati oleh para penggemar infotainment, sehingga jalan mereka searah. Efek negatif dari pesan ini harus kita hindari, terutama kepada diri kita sendiri, hingga orang-orang terdekat kita, dengan cara menyadari kepentingan media, dan selektif terhadap "berita" infotainment.

Perilaku Konsumen Dan Strategi Produk

6:23 PM, Posted by By Communicator 12, No Comment

BAB I GAMBARAN UMUM PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PRODUK 1.1 Perilaku Konsumen Menurut The American Marketing Association dalam buku Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran (Nugroho Setiadi, 2003 : 3), perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. James F. Engel dalam buku Perilaku Konsumen (Anwar Prabu, 2009 : 3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Ada tiga variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu : 1. Variabel stimulus 2. Variabel respons 3. Variabel intervening 1.2 Strategi Produk Strategi produk didesain untuk mempengaruhi konsumen baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, strategi produk baru didesain untuk mempengaruhi konsumen agar mau mencoba produk; untuk jangka penjang, strategi produk didesain untuk mengembangkan loyalitas merek dan mendapatkan pangsa pasar yang besar. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemasar dalam mengembangkan strategi produk mereka adalah : 1. Afeksi dan kognisi produk 2. Perilaku produk 3. Lingkungan produk 4. Penganalisisan hubungan antara konsumen-produk BAB II ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PRODUK 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan manusia. Di bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara terus menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi produk yang tepat haruslah memahami apa yang konsumen rasakan (afeksi), apa yang konsumen pikirkan (kognisi), apa yang konsumen lakukan (perilaku), dan apa serta dimana yang berkaitan dengan kejadian di sekitar konsumen (lingkungan) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Beberapa definisi yang disampaikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : 1. James F. Engel dalam buku Perilaku Konsumen (Anwar Prabu, 2009 : 3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. 2. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendrof dalam buku Perilaku Konsumen (Anwar Parabu, 2009 : 3) menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. 3. David Loudon & Della Bitta (1984 : 6) mengemukakan bahwa perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa 4. The American Marketing Association dalam buku Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran (Nugroho Setiadi, 2003 : 3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : Perilaku Konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi oleh The American Marketing Association tersebut di atas, terdapat tiga (3) ide penting, yaitu: (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi, kognisi, perilaku, dan lingkungan; serta (3) hal tersebut melibatkan pertukaran. Perilaku konsumen adalah dinamis. Hal itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam pengembangan strategi produk, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seeorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi produk yang sama dapat memberikan hasil yang sama di sepanjang waktu, pasar, dan industri. Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran. Peran pemasar adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi produk. Dari beberapa definisi di atas, kami menyimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dipengaruhi lingkungan. 2.1.2 Variabel-Variabel Dalam Perilaku Konsumen Menurut pendapat David Louden dan Della Bitta (1984 : 24-26), ada tiga variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu : 1. Variabel stimulus Merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya : merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang, dan ruangan toko. 2. Variabel respons Merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variabel respons sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus. Contohnya : keputusan membeli barang, pemberi penilaian terhadap barang, dan perubahan sikap terhadap suatu produk. 3. Variabel intervening Merupakan variabel antara stimulus dan respons. Variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. 2.2 Strategi Produk 2.2.1 Afeksi dan Kognisi Produk Berfokus kepada produk dan bagaimana konsumen merasakan, menerjemahkan, dan mengintegrasikan semua informasi yang berkaitan dengannya. Salah satu hal penting dalam strategi produk adalah berkenaan dengan kepuasan dan ketidakpuasan. 1. Kepuasan Kepuasan konsumen atau konsumen satisfaction adalah konsep penting dalam konsep pemasaran dan penelitian konsumen. Jika konsumen merasa puas dengan suatu produk atau merek, mereka akan cenderung terus menggunakannya atau membelinya dan bahkan akan memberitahu orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan dengan produk tersebut. Dan apabila konsumen tidak puas mereka cenderung beralih ke merek yang lain serta mengajukan keberatan pada produsen atau pengecer produk tersebut, dan bukan tidak mungkin konsumen yang merasa tidak puas ini akan menceritakan juga kepada konsumen lainnya. Melihat tingginya tingkat kepentingan kepuasan pada pemasaran, kepuasan telah menjadi subjek dari penelitian konsumen yang cukup gencar. Yang paling banyak diteliti adalah apa yang disebut dengan paradigma ketidakcocokan. Pendekatan ini memandang ketidakpuasan terhadap produk dan merek sebagai hasil dari dua variabel kognitif lainnya, yaitu harapan prapembelian dan ketidakcocokan. Harapan prapembelian (prepurchase expectations) adalah kepercayaan tentang kinerja suatu produk yang diperkirakan akan muncul. Dan ketidakcocokan (disconfirmation) adalah perbedaan antara harapan pra pembelian dan persepsi pasca pembelian. Selanjutnya ada dua jenis ketidakcocokan, yaitu ketidakcocokan negatif (negative disconfirmation) terjadi ketika kinerja produk kurang dari apa yang diharapkan, ketidakcocokan positif (positive disconfirmation) terjadi ketika kinerja produk ternyata lebih dari apa yang diharapkan. Dan kepuasan terjadi ketika kinerja produk paling tidak sama seperti apa yang diharapkan, ketidakpuasan terjadi ketika kinerjanya lebih buruk dari apa yang diharapkan. 2. Ketidakpuasan. Seperti yang telah dikatakan, ketidakpuasan (disatisfation) muncul ketika harapan prapembelian ternyata tidak cocok secara negatif. Yaitu, kinerja suatu produk ternyata lebih buruk dari kinerja yang diharapkan. Konsumen yang merasa tidak puas terhadap suatu produk cenderung tidak akan melakukan pembelian ulang dan bahkan dapat mengecam langsung kepada produsen, pengecer, serta menceritakannya pada konsumen lainnya. Ada beberapa generalisasi yang dibuat tentang ketidakpuasan konsumen dan perilaku mengecam : 1. Mereka yang mengecam karena merasa tidak puas cenderung adalah anggota dari grup sosioekonomi menengah atas. 2. Karakteristik kepribadian, termasuk dogmatism, pusat control, dan kepercayaan diri, tidak banyak kaitannya dengan perilaku mengecam, atau bahkan tidak sama sekali. 3. Tingkat keseriusan perasaan tidak puas atau permasalahan yang disebabkan oleh ketidakpuasan ternyata berkaitan secara positif dengan perilaku mengecam. 4. Semakin besar perasaan tidak puas yang dibebankan pada seseorang diluar orang yang merasa tidak puas, semakin tinggi kecenderungan terjadinya kecaman. 5. Semakin positif persepsi tentang kepekaan pengecer terhadap keluhan konsumen, semakin tinggi kencenderungan terjadinya kecaman. 2.2.2 Perilaku Produk Dari sudut pandang strategi, salah satu sasaran besar pemasar adalah untuk meningkatkan kemungkinan dan frekuensi konsumen melakukan kontak dengan produk, membeli dan menggunakannya, dan melakukan pembelian ulang. Sasaran ini didasarkan pada dua kelas perilaku konsumen, yaitu : kontak produk dan loyalitas merek : 1. Kontak Produk Dalam konteks pembelian eceran, kontak produk antara lain dapat berupa perilaku mencari lokasi suatu produk di dalam toko, mempelsjsrinys, dan membawanya ke kasir. Kontak produk dapat terjadi melalui berbagai cara di samping kunjungan ke toko. Misalnya, beberapa mahasiswa dapat mengenali komputer pribadinya dari pelajaran di laboratorium komputer, maka saat tiba waktunya dia membeli komputer pribadi, kontak produk yang terjadi di laboratorium komputer dapat sangat mempengaruhi merek apa yang akan dibeli. Perusahaan komputer dapat memanfaatkan hal ini dengan cara menyumbangkan produk mereka ke perguruan tinggi atau menjualnya dengan harga miring Konsumen dapat mengalami kontak dan terlibat dengan suatu produk melalui berbagai cara yang berbeda. Konsumen dapat menerima sampel gratis di pusat-pusat perbelanjaan dan majalah, mereka dapat meminjam suatu produk dari teman dan menggunakannya; atau mereka dapat menerima suatu produk sebagai hadiah. 2. Loyalitas Merek Loyalitas merek adalah suatu konsep yang sangat penting, khususnya pada kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan rendah namun tingkat persaingannya sangat ketat. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup; dan upaya mempertahankan ini sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif ketimbang upaya menarik pelanggan baru (Peter & Olson, 2000 : 161) Berbagai tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut : 1. loyalitas merek tak terbagi 2. loyalitas merek berpindah sesekali 3. loyalitas merek berpindah 4. loyalitas merek terbagi 5. pengabaian merek 2.2.3 Lingkungan Produk Lingkungan produk adalah rangsangan yang berkaitan dengan produk yang ditujukan kepada konsumen dan dipahami sepenuhnya oleh konsumen. Umumnya, sebgaian besar rangsangan tersebut diterima melalui indera penglihatan, walaupun ada beberapa pengecualian. Misalnya, bagaimana sebuah perangkat radio tape berbunyi atau bagaimana sebuah baju sutra dirasakan juga mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen. Dalam makalah ini kami memfokuskan pada dua jenis rangsangan lingkungan, yaitu : ciri produk dan pengepakan (packaging) : 1. Ciri-ciri Produk Produk dan ciri-ciri produk adalah perangsang utama yang mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen cirri-ciri tersebut dapat dievaluasi konsumen dalam hal kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan, dan pengalaman mereka. Pemasaran dan informasi-informasi lainnya juga mempengaruhi apakah pembelian dan penggunaan suatu produk akan menjanjikan sesuatu yang bermanfaat. Misalnya, ciri- ciri produk sebuah baju baru antara lain: warna, material, panjang lengan, jenis, jumlah kancing, dan jenis kerahnya. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, dan dengan mencoba mengenakan langsung baju tersebut, seorang konsumen dapat menyimpulkan, “ baju ini dibuat dengan baik, dan saya tampak gagah mengenakannya,” “ Baju ini cocoknya hanya untuk para kutu buku,” atau “ Baju ini bagus buatannya, tapi tidak cocok untuk saya,” 2. Kemasan Terdapat empat sasaran pengemasan yang selalu dipertimbangkan, yaitu : • Kemasan harus melindungi produk disepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya. • Kemasan harus ekonomis, dan tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada produk. • Kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah. • Kemasan secara efektif dapat digunakan untuk mempromosikan produk kepada konsumen. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi. Dalam berbagai kasus tertentu, kemasan dapat memberikan keunggulan relatif bagi produk di dalamnya. Disamping bentuk dari kemasan itu sendiri, warna kemasan juga dianggap memiliki dampak-dampak yang penting terhadap afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen. Dampak ini lebih dari sekedar menarik perhatian konsumen dengan cara menggunakan warna yang dapat menarik perhatian. Misalnya warna kotak Crecker Ritz, dirubah menjadi warna merah tua dikelilingi oleh pita tipis berwarna emas, agar dapat menarik perhatian kalangan muda, konsumen yang dianggap lebih makmur (Peter & Olson, 2000 : 166). Menurut Davis L. Masten dalam Consumer Behavior (Peter & Olson, 2000 : 167), kemasan yang efektif tidak akan menjadi substitusi bagi produk yang berkualitas yang ditawarkan pada harga bersaing. Namun demikian, kemasan yang efektif dapat: • Memperkuat cara pandang konsumen tentang suatu produk. • Meningkatan kenampakan produk dan perusahaan. • Memperkuat citra merek di toko-toko maupun dirumah. • Mempertahankan konsumen lama dan menarik konsumen baru. • Meningkatkan efektifitas biaya anggaran belanja pemasaran. • Meningkatkan kebersaingan Laba produk. Identifikasi merek dan label informasi pada kemasan (demikian pula dengan yang terdapat pada produk) memberikan rangsangan tambahan untuk dipertimbangkan oleh konsumen. Identifikasi merek untuk berbagai kasus dapat mempermudah pembelian konsumen dan memungkinkan terjadinya proses pengembangan loyalitas. Nama merek seperti Rolex atau Parker dapat menjadi rangsangan pembeda bagi konsumen. Termasuk dalam label informasi antara lain adalah instruksi penggunaan, kandungan, daftar bahan baku, peringatan penggunaan dan pemeliharaan produk, dan sebagainya. Untuk beberapa produk tertentu, informasi ini dengan kuat dapat mempengaruhi pembeliannya. Misalnya, seorang konsumen yang sadar kesehatan sering mempertanyakan informasi pada kemasan untuk mencari tahu nilai vitamin, kandungan gula, dan kalori dalam satu porsi sereal. 2.2.4 Penganalisisan hubungan antara konsumen-produk Aspek kritis pada saat mendesain strategi produk membutuhkan penganalisisan hubungan antara konsumen-produk. Hal ini berarti bahwa afeksi, kognisi, perilaku, dan lingkungan konsumen yang berkait dengan produk harus dipertimbangkan secara seksama pada saat peluncuran produk baru, dan harus terus dipantau di sepanjang siklus hidup suatu produk. Dalam bagian ini dianalisis dua hal, yaitu : 1. karakteristik konsumen dalam penganalisisan hubungan konsumen-produk, adalah penting untuk menyadari bahwa konsumen itu beragam dalam keinginan untuk mencoba suatu produk baru. Berbagai jenis konsumen yang berbeda dapat mengadopsi suatu produk baru pada tahapan siklus hidup produk yang berbeda pula. Menurut Peter & Olson (2000 : 169), kelima grup pengadopsi dikarakteristikkan sebagi berikut : a. inovator b. pengadopsi awal c. mayoritas awal d. mayoritas akhir e. pengekor 2. karakteristik produk. Dalam menganalisis hubungan konsumen dengan produk penting juga untuk mempertimbangkan karakteristik-karakteristik dari produk tersebut. Beberapa di antara karakteristik ini terbukti dapat mempengaruhi keberhasilan suatu produk atau merek. Karakteristik-karakteristik produk ini antara lain: a. Kompatibilitas (compatibility). Merupakan sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen saat ini. Apabila kondisi-kondisi lainnya dianggap sama dan produk tersebut ternyata tidak membutuhkan perubahan penting pada nilai-nilai dan kepercayaan konsumen atau pada perilaku pembelian dan penggunaan konsumen maka konsumen tersebut akan lebih cenderung mencoba produk tersebut daripada produk lainnya. Misal air mineral Aqua yang merupakan air minum kemasan pertama di Indonesia tidak membutuhkan banyak perubahan di sisi konsumen untuk dapat mencobanya. b. Kemampuan untuk diujicoba (trialability). Ini menjelaskan sejauh mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas, atau dipilah ke dalam jumlah-jumlah yang kecil apabila dalam melakukan uji coba ternyata membutuhkan biaya yang tinggi. Apabila kondisi lainnya dianggap sama dan produk tersebut memungkinkan untuk dilakukannya uji coba tanpa harus membeli atau uji coba pembelian dengan jumlah terbatas akan cenderung lebih mempengaruhi konsumen untuk mencoba. Test drive mengendarai mobil, mencoba gratis paket internet, menerima penawaran rokok gratis dari SPG adalah cara-cara konsumen mencoba produk dalam jumlah yang terbatas sambil mengurangi tingkat resiko. c. Kemampuan untuk diteliti (observability). Hal ini mengacu pada sejauh mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut dapat dirasakan oleh konsumen lain. Produk baru yang dikenal masyarakat dan sering didiskusikan cenderung diadopsi lebih cepat. Blackberry merupakan salah satu produk yang mudah untuk diteliti dan ciri-ciri ini mempengaruhi tingkat pembeliannya. d. Kecepatan (speed). Merupakan seberapa cepat manfaat suatu produk dipahami oleh konsumen. Sebab sebagian konsumen masih berorientasi pada kepuasan yang dengan cepat dirasakan daripada yang ditunda, produk yang dapat memberikan manfaat lebih cepat cenderung memiliki potensi yang lebih tinggi untuk dicoba oleh konsumen. Misalnya customer service galeri indosat yang dengan cepat, tanggap dan memuaskan dalam menyelesaikan semua komplain dan permasalahan pelanggan. e. Kesederhanaan (simplicity). Adalah sejauh mana suatu produk dengan mudah dimengerti dan digunakan konsumen. Apabila kondisi lain dianggap sama dan produk yang pada saat merakitnya tidak membutuhkan upaya yang rumit serta pelatihan konsumen yang mendalam cenderung lebih berpeluang untuk dicoba. Misalnya beberapa produk handphone seperti buatan Sony Ericsson, dipromosikan sebagai handphone yang mudah pemakaiannya untuk mendorong pembelian. f. Manfaat relatif (relative advantage). Menjelaskan sejauh mana suatu produk memiliki keunggulan bersaing yang bertahan atas kelas produk, bentuk produk, dan merek lainnya. Tidak ada sanggahan bahwa keunggulan relatif adalah karakteristik produk yang paling penting, bukan hanya agar terjadi uji coba produk tapi juga untuk menjaga keberlangsungan pembelian dan pengembangan loyalitas merek. Dalam beberapa kasus, manfaat relatif dapat diperoleh melalui pengembangan teknologi. Misalnya, persaingan antara Intel dengan AMD dalam menciptakan microprosessor. Pada awal tahun ini intel memperkenalkan chips terbaru mereka yaitu Intel’s Core Chips 32 nanometer. Chips ini dianggap memiliki kemampuan lebih baik dan efisien daripada generasi sebelumnya. Sedangkan AMD sendiri tidak akan menampilkan AMD’s 32 nanometer chips hingga tahun 2011. (http://www.teknopreneur.com/content/pertarungan-chip-intel-vs-amd). Pada tingkatan merek, sering kali sulit memelihara manfaat relatif teknologi. Hal ini disebabkan karena teknologi baru atau yang ditingkatkan sering kali dengan mudah ditiru oleh kompetitor. Di samping itu, berbagai merek dalam grup produk ternyata relatif homogen dalam hal manfaat fungsionalnya bagi konsumen. Oleh karena itu, salah satu sumber paling penting dari manfaat relatif adalah dari simbolisme produk daripada perubahan produk atau perbedaan fungsional dalam produk. g. Simbolisme produk (product symbolism). Adalah apakah makna suatu produk atau merek bagi konsumen dan bagaimanakah pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya. Peneliti konsumen menyadari bahwa sebagian produk memiliki ciri-ciri simbolisme dan bahwa pengkonsumsiannya lebih tergantung pada makna sosial dan psikologis daripada utilitas fungsionalnya. Misalnya pasar blue jeans yang didominasi oleh merek-merek besar seperti Levi’s, Wrangler, dan Lee. Sangat sulit untuk menentukan perbedaan nyata di antara jeans tersebut kecuali pada desain kantong dan label merek. Jika nama merek ini tidak berarti apa-apa bagi konsumen dan dibeli semata berdasarkan ciri-ciri produk seperti bahan dan gaya, akan menjadi sulit untuk menjelaskan mengapa terjadi perbedaan pangsa pasar, karena kesamaan tiap merek. Kesulitan juga muncul saat hendak menjelaskan bagaimana sebuah merek seperti jeans Guess dapat meraup angka penjualan hingga 200 juta dolar selama tiga tahun pertama operasinya. Tampak jelas bahwa nama merek jeans memiliki makna dan menyimbolkan nilai-nilai yang berbeda bagi konsumen. Misalnya para remaja belasan tahun adalah pelanggan utama jeans Guess, konsumen ini mungkin mencoba mencari identitas yang berbeda dari orang lain yang menggunakan merek tradisional seperti orang tua mereka. DAFTAR PUSTAKA Louden & Della Bitta. 1984. Consumer Behavior : Concept and Application. Mc Graw Hill Inc. : The United States of America Mangkunegara, Anwar. 2009. Perilaku Konsumen. Refika Aditama : Bandung Peter & Olson. 2000. Consumer Behavior : Edisi Keempat, Jilid 2. Erlangga : Jakarta Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Penelitian Etnografi Komunikasi

6:22 PM, Posted by By Communicator 12, One Comment

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehadiran dan keberartian orang-orang etnis tionghoa di tengah-tengah. masyarakat indonesia merupakan suatu kenyataan. Kehadiran ini sudah berlangsung dari sekian keturunan, sedangkan keberartiannya dapat diukur dari perlakuan masyarakat sekitar terhadap mereka. Perlakuan masyatakat sekitar ini termasuk masyarakat jawa akan sangat beragam mulai dari menyenangi mereka, bersikap acuh tak acuh, atau bahkan membencinya Masyarakat yang berasal dari etnis lain dalam perspektifnya memandang etnis tionghoa merupakan suatu sikap yang tidak menentu. Selain itu proporsi orang etnis tionghoaterhadap penduduk indonesia dilihat dari sensuspada tahun 1930 adalah berjumlah 1.233.214 yang merupakan 2 persen dari seluruh penduduk di indonesia. Bisa dikatakan bahwa semua orang tionghoa di indonesia merupakan imigran kelahiran tiongkok atau keturuann imigtan menurut garis laki-laki. Namun akibat dari perkawinan campuran dan asimilasi di beberapa daerah di indonesia akan susah dibedakan mana yang merupakan orang tionghoa dan mana yang bukan. Masyarakat tionghoa di indonesia di indonesia tumbuh dan berakar setempat dapat diklasifikasikan menurut besar-kecilnya pengatuh pribumi dalam kebudayaan campuran mereka. Suatu proses komunikasi di bagian dunia manapun, selalu mengikuti suatu alur atau kaidah tertentu, sehingga suatu masyarakat atau kelompok tersebut bisa mengatakan seseorang bisa diterima suatu komunitas atau masyarkat karena cara dia berperilaku dan berkomunikasi satu terhadao lainnya. Disini, studi yang ditekankan dalam etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif (paradigma interpretatif atau konstruktivis), yang mengkhususkan pada penemuan brbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam masyarakat tutur. Etnografi komunikasi merupakan penerapan metode etnografis pada pola komunikasi sebuah kelompok. Menurut Hymes(1974), etnografi komunikasi sendiri merupakan cakupan kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi. Cakupan kajian etnografi adalah misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi, lalu menghubung-hubungkannya. Fokus hendaknya meneliti secara langsung terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community), atau jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan. 1.2 Rumusan Masalah • Bagaimana pola interaksi seseorang terhadap keluarganya yang multi etnis Jawa-Cina? • Apa saja batasan-batasan perilaku seseorang terhadap keluarga multi etnis Jawa-Cina? • Bagaimana pola kekerabatan multi-etnis Jawa-Cina terhadap sanak keluarganya? • Apa penyebab terjadinya konflik pada pernikahan multi-etnis Jawa-Cina? Dan bagaimana menyelesaikannya? • Bagaimana prejudice etnis Cina terhadap Jawa dan sebaliknya? 1.3 Tujuan dan manfaat penelitian • Menghindari konflik yang terjadi pada pernikahan multi-etnis • Mengetahui pola interaksi keluarga multi-etnis Jawa-Cina dalam kehidupan sehari-hari • Mengetahui jalan tengah antara dua budaya yang berbeda dalam pelaksanaannya sehari-hari • Mengetahui cara menyelesaikan prejudice yang ada pada masing-masing pelaku perkawinan multi-etnis Jawa-Cina   BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian.Semula etnografi komunikasi (etnography of communication) disebut etnografi wicara atau etnografi pertuturan (ethnograpliy of speaking). Kalau etnografi itu dipandang sebagai kajian yang memerikan suatu masyarakat atau etnik, model pemerian etnografi itu bisa diterapkan dan difokuskan kepada bahasa masyarakat atau kelompokmasyarakat tertentu. Karena sosiolinguistik itu lebih banyak mengungkapkan pemakaian bahasa, dan bukan ihwal struktur bahasa, maka etnografi tentang bahasa difokuskan kepada pemakaian bahasa dalam pertuturan atau lebih luas lagi komunikasi yang menggunakan bahasa. James P. Spradley mengemukakan bahwa etnografi merupakan pekerjaaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Adapun tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Pandangan Spradley ini berdasarkan pendapat Bronislaw Malinowski yang memandang bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Mengacu pada pemahaman itu, Spradley kemudian mengatakan bahwa etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, akan tetapi lebih jauh lagi yakni etnografi juga belajar dari masyarakat. Lebih jauh, Spradley mengungkapkan bahwa makna-makna yang bisa diamati oleh peneliti etnografi terbagi kedalam dua wilayah yakni makna yang terekspresikan dan makna disembunyikan. Makna yang terekspresikan secara langsung dapat diamati lewat bahasa, sedangkan yang tersembunyi bisa diamati melalui kata-kata secara tidak langsung dan juga melalui perilaku dari sumber yang diamati. Dalam pengertiannya, Metode Etnografi menurut Suwardi Endaswara merupakan penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Artinya, dalam penelitan ini peran peneliti hanya sebagai pencatat dan atau pengamat dari sebuah peristiwa yang berlangsung tanpa campur tangan peneliti untuk mengarahkan peristiwa tersebut. Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985). Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adapt istiastiadat,susunan masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”. 2.2 Langkah-langkah umum dalam siklus penelitian etnografi terdiri dari : 1) Memilih proyek etnografi 2) Membuat pertanyaan etnografis 3) Mengumpulkan data etnografis 4) Membuat catatan etnografis 5) Menganalisis data etnografis 6) Menulis laporan etnografis 7) Menetapkan situasi sosial 2.3 Ruang lingkup dan fokus kajian Etnografi Komunikasi Menurut Hymes, ruang lingkup kajian etnografi komunikasi sebagai berikut: 1. Pola dan fungsi komunikasi 2. Hakikat dan definisi masyarakat tutur (speech comunity) 3. Cara-cara berkomunikasi 4. Komponen-komponen kompetensi komunikatif 5. Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial 6. Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial Pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi. Adapun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi. 2.4 Signifikansi Etnografi Komunikasi Etnografi komunikasi memfokuskan kajiannya pada perilaku-perilaku komunikasi yang melibatkan bahasa dan budaya. Sehingga etnografi komunikasi tidak hanya akan menyorot fonologi dan gramatika bahasa, melainkan struktur sosial yang mempengaruhi bahasa, dan kebudayaan dalam kosakata bahasa. Etnografi komunikasi menggabungkan antropologi, linguistik, komunikasi, dan sosiologi dalam suatu frame yang sama, sehingga deskripsi etnografi komunikasi memberikan sumbangan pemahaman bagi ilmu lain. Singkatnya, etnografi komunikasi melihat perilaku komunikasi dalam konteks sosiokultural. Mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung. Semua itu menjadikan etnografi komunikasi sebagai multi studi dalam ilmu sosial.   2.5 Keluarga Definisi Keluarga: keluarga adalah kelompok sosial utama, sebuah komunitas kecil, di masyarakat mana pun, biasanya terdiri dari seorang pria dan seorang wanita, atau dua individu yang ingin berbagi hidup mereka bersama-sama dalam jangka panjang melakukan hubungan satu sama lain , keturunan membesarkan dan biasanya berada di tempat tinggal yang sama. Family is the main building block of a community; family structure and upbringing determines the social character and personality of any given society. Keluarga adalah blok bangunan utama masyarakat; struktur keluarga dan pendidikan menentukan karakter sosial dan kepribadian dari setiap masyarakat tertentu. - Family is where we all learn: love, caring, compassion, ethics, honesty, fairness, common sense, reason, peaceful conflict resolution and respect for ourselves and others, which are the vital fundamental skills, and family values, necessary to live an honorable and prospers life in harmony, in the world community. - Keluarga adalah tempat kita semua belajar: cinta, kepedulian, kasih sayang, etika, kejujuran, keadilan, akal sehat, alasan, resolusi konflik yang damai dan menghormati diri sendiri dan orang lain, yang merupakan keterampilan dasar yang vital, dan nilai-nilai keluarga, diperlukan untuk menjalani terhormat dan hidup berhasil dalam harmoni, di masyarakat dunia. Definisi Nilai: Nilai adalah prinsip, standar, atau kualitas dianggap bermanfaat atau diperlukan untuk mempertahankan seperangkat standar adat, seperti yang saya sebutkan di atas. Definisi Family Values: Untuk memiliki rasa Family Values adalah untuk memiliki pikiran yang baik, niat baik dan perbuatan baik, untuk mengasihi serta peduli kepada orang-orang yang dekat dengan kita dan merupakan bagian dari kelompok utama sosial kita, masyarakat kita, seperti anak-anak, orang tua, anggota keluarga lain dan teman-teman. And to treat others with the same set of values, the same way we wish to be treated. Dan untuk memperlakukan orang lain dengan kumpulan nilai yang sama, dengan cara yang sama kita ingin diperlakukan. BAB 3 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi, karena metode ini dapat menggambarkan, menjelaskan, dan membangun hubungan dari data-data yang ditemukan secara mendalam pada satu objek. Sesuai dengan dasar pemikiran etnografi komunikasi, tidak hanya perilaku komunikasi saja yang menjadi titik berat dari penelitian, tingkah laku sehari-hari juga menjadi kajian dalam penelitian ini, etnis Cina memiliki kebudayaan sendiri, dan begitu juga etnis Jawa, terkadang salah satu hal dalam kebudayaan kedua etnis ini bertentangan, maka dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada responden.   BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi keluarga multi etnis jawa - cina Kami memutuskan untuk meneliti seorang wanita multi etnis, yaitu etnis cina-jawa. Yaitu Astrid Widhiasih, gadis yang kami teliti merupakan seseorang yang mempunyai ibu dari etnis jawa tulen, ayahnya berasal dari cina peranakan, kakek dari ayah Astrid termasuk etnis Cina Totok. Perilaku komunikasi setiap hari menggunakan bahasa jawa, dan terkadang bahasa Indonesia, karena ayahnya bisa bahasa jawa, dan ibunya juga berbahasa jawa. Mereka tinggal di Jember, Jawa Timur. Sejak SMA, Astrid bersekolah di Malang, “perilaku komunikasi kami tidak ada yang spesial, biasa saja” jawabnya ketika diberi pertanyaan : “bagaimana perilaku komunikasi keluarga kalian?”, mungkin pertanyaan ini terlalu umum, sehingga ia hanya menjawab demikian, tetapi setelah ditanya lebih dalam, barulah terbuka. Dimulai dari pertanyaan : “agama orang tua anda beragama apa?”,”bagaimana menyikapi perbedaan budaya seperti idul fitri dan imlek?”. Ternyata kedua orang tua Astrid beragama islam, namun daya toleransi mereka lebih tinggi dari pada muslim pada umumnya, contohnya ketika hari raya Imlek, mereka tidak merayakan dengan pergi ke kuil, tapi tetap mengikuti budaya pada hari imlek, yaitu “bagi bagi angpao”, mungkin hal ini dianggap sedekah pada even spesial seperti ini. Adat istiadat merekapun lebih hati-hati daripada orang jawa, mereka sangat menghindari mandi ketika matahari sudah terbenam, adat ini juga ada di Jawa, namun sepertinya mereka (keluarga astrid) lebih mengindahkan daripada orang jawa pada umumnya, namun ketika ditanya alasannya, Astrid menjawab bahwa hal itu Pamali. Tidak ada alasan yang logis dari mitos ini, tapi yang jelas, mereka mempercayai sesuatu dibelakang adat mereka ini. Ketika diberikan pertanyaan “Mengapa bisa ayahmu dari etnis Cina menikah dengan Ibumu yang domisili di Jawa, (Jember)?”. Astrid pun memberikan sejarah bertemunya kedua orang tuanya, diawali dari perkenalan di Bus yang menuju Jember, ayahnya sedang mengecek usaha yang ada di Jember, -sebagaimana kita ketahui, di Indonesia orang Cina lebih banyak menjadi wiraswasta daripada bekerja dipabrik,- dan kebetulan ibunya duduk di sebelah ayahnya. Ayahnya bertanya: “mau kemana?”, “ke Jember”, “Oh, sama, dimana rumahnya?” ibunya pun menjawab nama kecamatan saja, tetapi ayahnya terus bertanya detail alamat ibunya, ibupun menjawab dengan detail tanpa perasaan apa-apa, ia hanya anggap ini pertemuan biasa tanpa ada keseriusan. Namun selang satu hari dari pertemuan itu, Ibu dikejutkan oleh kedatangan ayah, tidak disangka-sangka si ayah benar-benar niat untuk menemuinya, yang lebih mengejutkan lagi, setelah bertanya tentang status, si Ayah langsung mengajak Ibunya menikah, dan orang tuapun setuju, menikahlah mereka berdua tidak lama setelah itu, dan bertempat tinggal di Jember. Selama wawancara, Astrid tidak menyampaikan satupun konflik yang disebabkan oleh perbedaan etnis, seolah-olah keluarganya damai, tanpa pertengkaran. Tetapi memang benar, tidak ada perselisihan yang menyebabkan masalah hingga serius, mungkin karena kesamaan keyakinan mereka, Muslim, dan kesamaan adat jawa mereka, serta tentunya, saling toleransi antara satu dan lain dalam perbedaan. Kedua orang tua Astrid memperlakukannya dengan berdasar atas kebudayaan dasar mereka masing-masing, namun selama ini, perlakuan tersebut tidak ada yang menimbulkan konflik yang signifikan, contohnya, pada hari Imlek, ayah Astrid menjalankan budaya "bagi-bagi angpao", tetapi karena ayahnya beragama muslim, ia tidak pergi ke kelenteng untuk sembahyang. Dan pada hari raya Islam, idul fitri, Ibu Astrid mengajaknya bersilaturrahmi ke sanak saudara dan kerabat dekat untuk saling bercengkrama dan tegur sapa, Ayah pun mengiringi mereka selama silaturrahmi. Terdapat beberapa unsur struktur kekerabatan kaum cina peranakan, seperti Astrid, yaitu mulai meninggalkan ciri-ciri patrilokal, patrilineal, dan patriarkal, yang sebenarnya merupakan dasar sistem tradisional Hokkian yang pada umumnya masih merupakan ciri khas yang berlaku dikalangan kaum Hokkian dewasa ini. 4.2 Perkawinan etnis jawa-cina Menghadapi persoalan perkawinan multietnis, dalam konteks etnografi komunikasi, stereotip dapat mempengaruhi penilaian keluarga besar terhadap seseorang yang akan dijadikan pendamping hidup. Begitu kuatnya hubungan kekeluargaan dalam etnis Cina, sehingga pendapat keluarga selalu dijadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Diperlukan komitmen luar biasa oleh pasangan perkawinan multi etnis, sehingga segala bentuk kesalahpahaman dapat lebih mudah teratasi. Termasuk ketika masing-masing pihak melakukan penyesuaian agar perkawinan dapat terjadi dan mendapat lampu hijau dari keluarga besar. Dari upaya ini kemudian dapat ditemukan kesamaan dari etnis Jawa dan etnis Cina. Persoalan kedua adalah latar belakang personal atau individu pelaku perkawinan multi etnis. Mayoritas pasangan yang memutuskan melakukan perkawinan multi etnis harus memiliki pola pikir terbuka terhadap budaya yang dibawa oleh pasangannya, termasuk kepercayaan, nilai dan norma. Jika kedua pihak tidak memiliki pola pikir terbuka, akan terjadi pemaksaan kehendak untuk mempraktikkan kepercayaan, nilai dan norma yang dianut oleh pasangannya, sehingga kemungkinan langgengnya sebuah perkawinan ibarat jauh panggangan dari api. Pada akhirnya nilai sosial dan nilai budaya keluarga perkawinan multi etnis akan sangat tampak ketika masuk dalam konteks penyelesaian persoalan dan konflik. Setiap pasangan berusaha mengambil keputusan dalam pemecahan masalah tidak berlandaskan keputusan emosional pribadi berlatar budaya, melainkan keputusan rasional yang dapat digunakan sebagai jalan keluar. Pada keluarga responden yang kami teliti, diketahui bahwa anak perempuan juga mendapat warisan seperti anak laki-laki, sedangkan khusus dalam hal warisan harta kekayaan, yang berupa barang-barang tidak bergerak, orang-orang cina peranakan cenderung untuk tinggal ditempat kediaman sesudah menikah. Hubungan sosial dengan kerabat ibu, pada umumnya sering berkomunikasi dan seakrab hubungan dengan kerabat dari ayah. 4.3 Prejudice antara etnis Jawa-Cina Prejudice yang ada pada Astrid sebagai Cina peranakan yang memiliki keturunan Cina dan Jawa sering terungkap ketika dia berinteraksi dengan sanak keluarganya yang etnis Jawa, sebagian besar etnis Jawa memiliki perasaan rendah diri, hal ini dikarenakan selama berabad-abad orang pribumi (Jawa) tidak bisa lebih unggul dibanding orang-orang Tionghoa dimasa penjajahan, baik dalam status hukum maupun kekuatan ekonominya, selain itu, hampir setiap kontak antar dua bangsa tersebut mencerminkan bahwa kedudukan orang Tionghoa selalu lebih tinggi daripada orang Indonesia asli, dalam hubungan itu, kesombongan orang Tionghoa karena sadar akan keadaan.   BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN • Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian. Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi merupakan hasil catatan penjelajah eropa Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adat istitiadat,susunan masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut. Jadi layaknya seperti penelitian yang lain, variabel dari penelitian ini lebih kepada kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat. • Penelitian etnografi juga merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari komunitas budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi. Peneliti justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat respek pada cara mereka belajar tentang budaya. Itulah sebabnya pengamatan terlibat menjadi penting dalam aktivitas penelitian. • Dalam perkawinan etnis Jawa-Cina, dibutuhkan toleransi dan pemahaman atas kedua kebudayaan yang berbeda, selama ini dalam perkawinan etnis Jawa-Cina tidak terjadi konflik yang begitu signifikan, selama mereka memiliki keyakinan (agama) yang sama. • Prejudice yang tidak terbukti keabsahannya juga harus dihindari, jika memang sulit untuk tidak mempercayainya, maka harus diyakinkan betul kebenarannya, jika tidak, konflik akan terjadi. • Pasangan perkawinan multi-etnis Jawa-Cina harus mendasarkan rasional sebagai jalan keluar mereka ketika terjadi konflik karena perbedaan budaya, memecahkan masalah dengan meyakinkan pihak lain tentang kebenaran budayanya tidaklah banyak membantu dalam meredam konflik, namun usaha untuk memahami budaya pihak lainlah yang sangat membantu dalam mencari jalan tengah perbedaan budaya kedua etnis.   DAFTAR PUSTAKA Kuswarno, Engkus. 2008. Metode penelitian komunikasi, etnografi komunikasi suatu pengantar dan contoh penelitiannya.Bandung ;Widya padjajaran. Mulyana, deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. remaja rosdakarya. Sutyadinata, Leo. 1998. Etnis tionghoa dan pembangunan bangsa. Tan, melly. 1981. Golongan etnis tionghoa di indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.