Navigation


RSS : Articles / Comments


Model Komunikasi

5:36 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Model S-R (STIMULUS - RESPONSE) Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Ketika saya tersenyum pada anda dan anda membalas senyuman saya itulah model S-R. Model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat2 non verbal, gambar2, dan tindakan2 tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dgn cara tertentu. Model ini mengabaikan adanya faktor manusia seperti sistem internal individu. Singkatnya model ini menggangap bahwa komuniaksi itu bersifat statis. Manusia selalu berperilaku karena adanya stimulus atau rangsangan dari luar, bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya. Oleh kareana itu model ini kurang tepat kalau diterapkan pada proses komunikasi manusia. MODEL ARISTOTELES Aristoteles adalah filosof yunani, tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi Model Aristoteles adalah model yang paling klasik atau disebut juga model retoris ( Mulyana, 2005:134 ) Oleh karena itu model ini merupakan penggambaran dari komunikasi retoris, komunikasi publik atau pidato. Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan model komunikasi verbal pertama. Proses komunikasi terjadi ketika ada seorang pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka. Aristoteles mengemukakan tiga unsur yang harus ada dalam proses komunikasi : 1. pembicara (speaker) 2. pesan (message) 3. pendengar (listener) Menurut Aristoteles persuasi dapat dicapai oleh : 1. siapa anda (etos –kepercayaan anda) 2. apa argumen anda (logos –logika dalam pendapat anda) 3. dan dengan memainkan emosi khalayak (pathos –emosi khalayak). Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa proses komunikasi dipandang sebagai suatu yang statis dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek, dan kendala2, di samping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah sikap orang lain). MODEL LASWELL Harold Laswell seorang ilmuwan dalam bidang ilmu politik dalam artikelnya tahun 1948 menyebutkan sebuah model komunikasi yang mungkin paling dikenal sepanjang masa. Model ini muncul dalam perkembangan studi Laswell tantang propaganda politik. Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan dari batasan ilmu politik. Who says what in which channel to whom with what effect ? Model Laswell ini konsepnya sama dengan model Aristoteles yaitu sama-sama menekankan pada elemen speaker, message & audience (tetapi menggunakan istilah yang berbeda), Baik Laswell maupun Aristoteles sama-sama melihat komunikai sebagai proses satu arah dimana inidividu dipengaruhi individu lain sebagai akibat dari pengiriman pesan. (Ruben, 1992:25) Laswell sendiri menggunakan formulanya untuk menunjukkan jenis penelitian komunikasi (windahl, 1993:14) Penggambaran Laswell tentang berbagi bidang dalam penelitian komunikasi memang berguna tetapi disisi lain penggambaran tersebut terlalu menyederhanakan bidang penelitian komunikasi itu sendiri. Braddock (1958) menambahkan dua hal dalam model Laswell yang dapat mempengaruhi tindakan komunikasi : 1. dalam situasi dan keadaan bagaimana sebuah pesan itu dikirimkan 2. untuk tujuan apa komunikator mengirimkan pesan Under what cirmunstances ? For what purposes ? With what effect ? Menurut Windahl model Laswell ini menggambarkan karakter awal model komunikasi. Sudah dianggap taken for granted bahwa komunikator itu selalu memiliki kesadaran untuk mempengaruhi komunikan, jadikomunikasi dilihat sebagai suatu proses persuasif.8 Lasswell mengemukakan 3 fungsi komunikasi yaitu 1. pengawasan lingkungan, 2. korelasi berbagai bagian terpisah dlm masyarakat yg merespon lingkungan 3. transmisi warisan sosial. Model ini merupakan versi verbal dari model Shannon dan Weaver. Model ini melihat komunikasi sebagai transmisi pesan: Model ini mengungkapkan isu “efek” dan bukannya “makna”. Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. (Fiske, 1990:46) Model ini lebih sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa. MODEL SHANON DAN WEAVER Claude Shannon and Warren Weaver bukanlah seorang ilmuwan social. Mereka adalah insiyur yang bekerja untuk laboratorium telephone Bell di Amerika Serikat. Tujuan mereka adalah untuk memastikan “the maximum efficiency” dari kabel telephone dan gelombang radio. Mereka mengembangkan sebuah model komunikasi yang ditujukan untuk membantu mengembangkan sebuah teori matematis dari komunikasi (Chandler). Model ini terdiri dari lima elemen : a. Information Source adalah yang memproduksi pesan b. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal c. Channel adalah saluran pesan d. Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan pesan dari sinyal e. Destination adalah dimana pesan sampai Elemen keenam yaitu noise adalah segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan sinyal yang berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional ). Untuk telephone channel-nya, kabel, sinyalnya adalah arus elektrik, transmitter dan receiver-nya, pesawat telephone, Noise-nya gannguan pada kabel. Dalam percakapan, mulut saya adalah transmitter-nya, sinyal-nya adalah gelombang suara, dan telinga anda adalah receivernya. Noisenya adalah berbagai macam gangguan yang anda alami ketika saya berbicara, ngantuk atau suara bising mungkin. Shannon dan Weaver mengidentifikasi 3 level masalah dlm studi komunikasi : 1. Level A ( masalah teknis ), bagaimana simbol2 komunikasi dapat ditransmisikan secara akurat ? ---awal mula pengembangan model ini. 2. Level B (masalah semantik), bagaimana simbol2 yang ditransmisikan secara persis menyampaikan makna yang diharapkan? 3. Level C (masalah keefektifan), bagaimana makna yang diterima secara efektif mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan? Masalah Semantik & Keefektifan • Makna terkandung dalam pesan -àmaka memperbaiki encoding akan meningkatkan akurasi semantik. • Makna setidaknya sama banyaknya di dalam budaya sebagaimana di dalam pesan. • Komunikasi sebagai manipulasi dan propaganda. Redundansi Redundansi adlh hal yang bisa diramalkan (predictable) atau konvensional dalam suatu pesan. Redundansi disebabkan oleh prediktabilitas tinggi dan entropi dari prediktibilitas rendah. Jika saya berjumpa denga seorang teman di jalan dan berkata “Helo”, maka saya memiliki pesan yang sangat bisa diramalakan atau redundan (Highly predictable, highly) redundant. Redundansi membantu mengatasi kekurangan2 dari saluran yang mengalami gangguan. – jalur komunikasi yang noise >> eja kata: copy – c o p y, gift – g i f t, dll. Redundansi membantu mengatasi masalah dalam pentransmisian suatu pesan entropik. – suatu pesan yang sama sekali tidak diharapkan – akan perlu mengulangi, sering dengan cara yang berbeda. Redundansi membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan khalayak. Spesifik khalayak = entropik, sebaliknya Redundansi memainkan 2 fungsi utama: 1. sebagai bantuan teknis Shannon & Weaver menunjukkan bagaimana redundansi membantu akurasi decoding dan menyediakan suatu pedoman untuk memungkin-kan identifikasi kesalahan. Receiver selalau mengecek akurasi dari setiap pesan yang diterima terhadap yg mungkin dan apakah mungkin ditentukan oleh konvensi dan cara pemakaian kata. Konvensi mrpkn sumber utama redundansi dan hingga decoding dengan mudah. 2. melibatkan perluasan konsep ke dalam dimensi sosial. Ketika saya mengatakan “helo” pada teman yang saya temui di jalan. Omunikasi saya sifatnya redundan, tidak memuat sesuatu apapun yang baru, tidak ada informasi. Tetapi pada kenyataannya ada lebih banyak dari itu. Apa yang saya katakan dengan mengatakan “hello” adalah memelihara dan memeperkuat hubungan yang ada. Dengan tidak menyapa (mengatakan hello) pada teman yang kita temui di jalan tentu saja akan memperlemah hubungan kita dengan teman tersebut. Bayangkan apa yang akan terjadi ketika saya bertemu dengan sahabat karib saya tetapi jangankan menyapanya tetapi meliriknya saja tidak. Wah bisa dilabrak habis-habisan saya... Entropi Entropi adalah suatu pesan dengan prediktibilitas rendah dan karena informasi tinggi. Entropi bisa juga disebut sebagai level ketidakpastian. Berbeda dengan redudansi yang dipandang sebagai sarana untuk memperbaikai komunikasi, entropi dipandang sebagai suatu masalah dalam komunikasi. Biasanya dikaitkan dengan khalayak yang mempunyai tingkat homogenitas tinggi/spesifik –highbrow art (seni yang bercita rasa tinggi) karena biasanya semakin tinggi nilai seni suatu benda semakin tidak dimengerti atau tidak terprediksi oleh kebanyakan orang maka tingkat entropinya tinggi. • Identifikasi kartu adalah entropi, tetapi dengan cara mengurutkan sesuai jenis dan nomor, maka akan meningkatkan redundansi. ANALISIS REDUDANSI&ENTROPIK (fiske) Andil Shannon & Weaver • Semakin banyak gangguan, semakin besar kebutuhan akan redundansi yang mengurangi entropi relatif pesan. • Keseimbangan redundansi dan entropi dapat menghasilkan komunikasi yang efisien dan pada saat yang sama mengatasi gangguan dalam saluran. Keuntungan model Shannon dan Weaver ( Chandler) : 1. simplicity 2. generality 3. quantifiability MODEL SCHRAM Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : ? sumber bisa berupa : - seorang individual berbicara, menulis , menggambar, bergerak - sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi) ? pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna. ? Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalh pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. • Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing2. • Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan, --efektif. Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm.

No Comment