Navigation


RSS : Articles / Comments


Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Disonance Theory)

2:25 AM, Posted by By Communicator 12, No Comment

Leon festinger menamakan perasaan yang tidak seimbang sebagai disonansi kognitif (cognitive dissonance). Konsep ini membentuk inti dari teori disonansi kognitif (Cognitive Dissonance Theory- CDT) Festinger, teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu. Disonansi adalah sebutan untuk ketidak seimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Asumsi Dari Teori Disonansi Kognitif 4 asumsi dasar dari teori ini adalah: 1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. 2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis, 3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. 4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Konsep dan Proses Disonansi Kognitif Tingkat disonansi: tiga factor dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang(Zimbardo, Ebbesen, dan Maslach, 1977) 1. Tingkat kepentingan (importance), 2. Rasio Disonansi (Dissonance Ratio), 3. Rasionalitas (Rationale). Mengatasi disonansi: kita dapat mengurangi disonansi dengan 1. Mengurangi pentingnya disonan kita, 2. Menambahkan keyakinan yang konsonan, atau 3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu. Disonansi Kognitif dan Persepsi Secara spesifik, teori disonansi kognitif berkaitan dengan proses pemilihan terpaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention) pemilihan interpretasi (selective interpretation), dan pemilihan retensi (selective retention) karena teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi.

No Comment